Share

BBM Naik Rp3.000, Jokowi dan Rumah Transisi

Widi Agustian , Okezone · Kamis 02 Oktober 2014 14:02 WIB
https: img.okezone.com content 2014 10 02 59 1047319 ZIxDaUIaeR.jpg BBM Naik Rp3.000, Jokowi dan Rumah Transisi. (Foto: Okezone)
A A A

JOKO Widodo (Jokowi) telah terpilih menjadi presiden menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Isu hangat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyertai transisi pergantian pempimpin di negara yang mempunyai cadangan minyak dan gas (migas) 43,7 miliar barel.

Jokowi pun tampaknya harus memperbaiki kinerja tim penyokongnya, yang tergabung dalam Tim Transisi. Pasalnya, tim yang bertugas memberikan masukan kepada Jokowi tersebut seringkali melemparkan  isu panas.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Baru-baru ini, Anggota Tim Transisi Jokowi-JK Luhut Binsar Panjaitan melontarkan pernyataan mengejutkan soal kenaikan harga BBM. Jenderal TNI purnawirawan itu menyebut harga BBM subsidi akan dinaikkan Rp3.000 per liter pada November mendatang.

"Sudah diputuskan Pak Jokowi Rp3.000, diharapkan dalam November sudah naik. Karena, begitu kekhawatiran defisit cash flow dihindarkan," kata Luhut.

Alasan yang diungkapkan Luhut adalah, kenaikan harga BBM tersebut untuk menekan angka defisit neraca keuangan Indonesia. Memang, defisit neraca dagang yang sebesar USD310 juta pada Agustus lalu terjadi akibat sektor migas.

Dari sini, terlihat jika kebutuhan untuk menaikan harga BBM subsidi memang penting dilakukan. Pasalnya, kenaikan harga ini dipastikan akan membuat impor migas, yang dilakukan dalam bentuk BBM, akan mengalami penurunan.

Tapi yang terjadi, Jokowi sendiri mengaku belum memutuskan berapa dan kapan besar kenaikan harga BBM itu akan dilakukan. "Baru dalam proses hitung-hitungan. Berapa kenaikan belum, kapannya juga belum," kata Jokowi.

Jokowi menebutkan, besaran kenaikan pun masih dikaji. Yakni Rp500, Rp1.000, R1.500, Rp2.000, Rp2.500, atau Rp3.000.

Terlepas dari isu BBM, sebenarnya yang patut dicermati adalah apa yang dilakukan Jokowi dan Tim Transisi. Ada beberapa hal yang membuat hal yang kontradiksi ini bisa terjadi.

Tim besutan Jokowi yang terdiri dari banyak kepala ini tampaknya memiliki banyak kepentingan. Sehingga, sering keluar satu-dua pernyataan yang tampaknya tidak bisa disebut mewakili Tim Transisi.

Atau, Jokowi dan Tim Transisi sebenarnya tengah "menjajal pasar". Maksudnya, mereka mencoba memancing respons soal besaran kenaikan BBM yang sampai Rp3.000 per liter tersebut.

Sebagai seorang pemimpin yang terpilih. Akan terlihat lebih bijaksana jika komentar-komentar yang keluar dari mulut Jokowi, maupun tim pendukungnya lebih terjaga.

(rhs)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini