JAKARTA - Keberhasilan Presiden Prabowo Subianto dalam menurunkan tarif impor produk Indonesia ke Amerika Serikat dari 32 persen menjadi 19 persen mendapat apresiasi dari ekonom dan Sekretaris Bidang Kebijakan Ekonomi DPP Partai Golkar, Abdul Rahman Farisi.
Ia menilai capaian tersebut sebagai bukti ketegasan dan kecerdasan kepemimpinan Prabowo dalam menjalankan diplomasi ekonomi dan negosiasi bilateral yang strategis serta berdampak langsung terhadap kepentingan nasional.
Menurut Abdul Rahman, yang juga merupakan mantan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, penurunan tarif tersebut bukan hasil dari proses biasa. Ia menjelaskan bahwa capaian ini diperoleh melalui komunikasi langsung antara Presiden Prabowo dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam percakapan via telepon, Prabowo menyampaikan posisi strategis Indonesia dalam rantai pasok global dan pentingnya menciptakan kemitraan dagang yang saling menguntungkan.
“Hasil dari pendekatan langsung ini adalah keputusan politik dan ekonomi yang konkret: tarif produk Indonesia ditekan hingga menjadi salah satu yang paling rendah di Asia,” ujar Abdul Rahman, Sabtu (19/8).
Ia menambahkan, keberhasilan ini akan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar Amerika Serikat dan membuka peluang besar bagi pelaku usaha nasional untuk meningkatkan penetrasi pasar. Namun, ia juga mengingatkan bahwa dampak dari penurunan tarif tersebut terhadap volume ekspor masih akan dipengaruhi oleh dua faktor utama.
“Pertama, preferensi konsumen Amerika terhadap harga barang Indonesia, apakah mereka merespons secara signifikan atau tidak. Kedua, apakah produk Indonesia memiliki pesaing utama dari negara lain atau dari produk lokal AS sendiri. Jika bersaing dengan produk lokal, maka tantangannya berbeda dibanding dengan barang impor lain,” jelasnya.
Meski menilai penurunan tarif sebagai langkah yang sangat menguntungkan Indonesia, Abdul Rahman menegaskan pentingnya evaluasi berbasis data untuk mengukur dampak nyatanya.
“Hanya dengan melihat implementasinya dalam 3 sampai 6 bulan ke depan kita bisa mengetahui tren dan seberapa besar lonjakan ekspor yang akan terjadi,” tambahnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekspor Indonesia ke Amerika Serikat selama ini didominasi oleh produk-produk manufaktur, seperti tekstil dan produk tekstil, karet dan turunannya, serta peralatan elektronik. Dengan tarif yang kini menjadi salah satu yang terendah di kawasan, sektor-sektor ini diprediksi akan mengalami peningkatan permintaan dan produksi. Hal ini juga berpotensi mendorong pertumbuhan industri padat karya di dalam negeri.
Menutup komentarnya, Abdul Rahman menyebut bahwa keberhasilan ini bukan sekadar soal angka tarif, tetapi mencerminkan arah baru dalam kepemimpinan ekonomi Indonesia: berani, taktis, dan langsung menyasar pengambilan keputusan di tingkat tertinggi negara mitra strategis.
Aksi heroik tukang parkir di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, viral di media sosial. Ia membelah kemacetan dengan berlari sejauh 5 kilometer demi mengawal ambulans.
Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menilai tarif impor sebesar 19% yang dikenakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Indonesia mampu mendongkrak nilai ekspor industri.