Jumlah pasien sembuh COVID-19 di Indonesia terus bertambah dari 380 menjadi 426 orang per Selasa 14 April 2020. Sedangkan berdasarkan data Worldometers, total pasien COVID-19 yang berhasil sembuh di dunia berjumlah 459.015 orang.
Pertanyaannya, apakah pasien yang sembuh bisa kembali terinfeksi COVID-19?
Sebelumnya perlu diketahui, ketika tubuh Anda diserang oleh virus, bakteri atau patogen berbahaya lainnya, sistem kekebalan tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan. Antibodi tersebut kemudian dapat memberikan kekebalan untuk mencegah kembali terinfeksi.
Bagaimana dengan COVID-19, setelah sembuh bisakah tertular kembali? Profesor Kesehatan Masyarakat di University of California, John Swartzberg mengatakan, antibodi yang diproduksi untuk melawan COVID-19 akan mencegah infeksi kedua, setidaknya untuk sementara.
(Baca Juga : Kapan Pandemi Virus Corona Berakhir? Ini Jawaban Para Pakar Penyakit Menular)
"Ada setiap alasan untuk berpikir antibodi yang dihasilkan tubuh terhadap COVID-19 akan melindungi. Itu berdasarkan pengalaman kami dengan virus corona lain, tetapi tidak semua," kata Swartzberg kepada Business Insider.
Laporan 14 Maret 2020 menunjukkan, monyet yang pulih dari paparan COVID-19 tidak mengembangkan infeksi kedua ketika terpapar kembali. Seperti kita ketahui, kebanyakan manusia yang selamat dari COVID-19 mengembangkan antibodi khusus untuk penyakit ini.
"Itu pertanda baik bahwa kita kemungkinan memiliki setidaknya kekebalan sementara setelah terinfeksi. Yang belum kita ketahui adalah berapa lama kekebalan itu akan bertahan, kualitas kekebalan, dan apakah semua individu akan menghasilkan kekebalan tinggi yang tahan lama," ungkap Frances Lund, Ketua Departemen Mikrobiologi Universitas Alabama di Birmingham.
(Baca Juga : Bintang Tsurayya Muncul, Tanda-Tanda Wabah Corona Berakhir?)
Permasalahan lain adalah, apakah setiap orang yang terpapar virus mengembangkan antibodi? Pertanyaan berikutnya, apakah antibodi seseorang yang berkembang cukup untuk menangkal infeksi ulang?
Sebuah studi oleh para peneliti Tiongkok yang belum diuji ulang menemukan, dari 175 pasien COVID-19 yang sembuh, hampir 6 persen tidak memiliki antibodi yang terdeteksi.
Membandingkan COVID-19 dengan virus terkait dapat membantu para peneliti mengetahui rentang waktu seseorang bisa kebal terhadap virus ini.
COVID-19 berada dalam keluarga yang sama dengan virus SARS, maka para peneliti fokus pada pola yang terlihat pada penyakit tersebut.
"Terlalu dini untuk mendapatkan data pasti apa pun," kata ahli epidemiologi Universitas Drexel, Michael LeVasseur.
(Baca Juga : Subhanallah! Inilah Orang yang Diizinkan Duduk di Dekat Kakbah yang Sepi)
Tetapi, ahli ini mengutip studi tentang wabah SARS 2002-2003 di China yang menemukan kekebalan dari virus tersebut berlangsung rata-rata dua tahun. Sebuah penelitian pada 2017 terhadap pasien SARS menunjukkan, 89 persen dari pasien pulih memiliki antibodi yang terdeteksi dua tahun setelah infeksi. Namun, setelah enam tahun, hanya dua dari 23 pasien yang masih memiliki antibodi terdeteksi. Hal ini menunjukkan berkurangnya pertahanan terhadap virus.
Follow Berita Okezone di Google News