Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

New Normal, Jangan Biarkan Sembarang Orang Mencium Balita Anda

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Minggu 24 Mei 2020 12:13 WIB
https: img.okezone.com content 2020 05 24 620 2218868 new-normal-jangan-biarkan-sembarang-orang-mencium-balita-anda-WwtRJXknLZ.jpg Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A A A

KASUS COVID-19 pada anak di Indonesia ternyata cukup memprihatinkan. Data menunjukkan, per 18 Mei 2020 tercatat jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) anak sebanyak 3.324 kasus, 129 anak di antaranya meninggal dunia.

Parahnya lagi, pada kasus konfirmasi positif COVID-19, terdapat 584 kasus positif pada anak, dan 14 di antaranya meninggal. Angka ini tertinggi di antara Malaysia, Singapura, ataupun Filipina yang tanpa kasus sama sekali.

Fakta ini membuat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau agar orangtua semakin waspada terhadap paparan virus corona pada anaknya. Jangan sampai kita menganggap benar pernyataan 'nihil kasus pada anak'. Ini bisa jadi ancaman serius pada anak-anak di Indonesia.

Melalui laporan resmi IDAI dengan judul 'Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia Menjelang Akhir Masa Tanggap Darurat COVID-19', salah satu poin yang ingin disampaikan ialah diimbau agar orangtua tak membiarkan bayi mereka dicium siapapun.

Baca Juga: Pentingnya Penyesuaian PSBB untuk New Normal

Hal ini berkaitan juga dengan tatanan kehidupan normal baru (new normal) yang dianggap sudah dimulai tanpa disadari masyarakat. Dalam imbauan tersebut dijelaskan setiap keluarga memerlukan penyesuaian kebiasaan dalam interaksi sosial sesuai budaya di tempat mereka masing-masing.

Menjadi catatan penting ialah setiap keluarga harus tetap mengutamakan pembatasan fisik untuk mencegah penyebaran COVID-19, khususnya pada anak. Memilih untuk tinggal di rumah saja menjadi pilihan tepat dalam memutus rantai penyebaran virus corona.

Nah, terkait larangan mencium bayi terdapat pada poin nomor 8 dalam laporan itu. Isi laporan IDAI tersebut, sebagai berikut: "Sebaiknya menghindari kontak fisik yang berisiko penularan, seperti mencium bayi.”

Follow Berita Okezone di Google News

Tak berhenti di sana, IDAI juga menyarankan agar anggota keluarga yang terpaksa keluar rumah untuk bekerja, terutama yang berisiko antara lain tenaga kesehatan, pengguna kendaraan umum, bekerja di tempat keramaian, dan sebagainya, harus tetap melakukan pengendalian infeksi baik saat di tempat kerja maupun ketika tiba kembali di rumah.

Semua ini mesti dilakukan agar anggota keluarga di rumah, khususnya anak Anda tidak terinfeksi virus corona yang mungkin saja Anda bawa dari luar rumah. Ingat, keberadaan kelompok masyarakat orang tanpa gejala (OTG) itu ada di mana-mana dan kerumunan yang sekarang ada jadi risiko berbahaya penularan COVID-19 pada anak.

psbb di jakarta

Baca Juga: Apa Saja Ketentuan New Normal dalam Bisnis? Ini Penjelasan Kepala Bappenas

IDAI pun mengimbau beberapa hal, salah satunya adalah melarang orangtua membawa anak ke tempat keramaian dalam situasi yang belum kondusif seperti sekarang ini.

Diterangkan Ketua IDAI Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), orangtua harus tahu, carrier atau orang tanpa gejala (OTG) itu berada dimana-mana tanpa kita tahu dan ini membahayakan si anak.

"Orangtua hanya boleh membawa keluar anak dari rumah ketika si anak memang membutuhkan pertolongan dokter karena kondisi kesehatannya atau untuk melakukan imunisasi," kata dia.

Ya, imunisasi menjadi hal penting yang tak boleh terputus karena alasan pandemi. Dr Aman menyarankan pada orangtua agar memilih tempat imunisasi yang hanya menerima anak sehat. Ini penting supaya risiko terpapar virus corona ke anak kecil kemungkinannya.

Jadi, tatanan kehidupan normal baru (new normal) disusun sesuai dengan kebutuhan dasar tumbuh kembang dan kesehatan anak, bukan sebaliknya. Sebab, tumbuh kembang optimal anak akan menentukan kualitas generasi bangsa Indonesia di masa depan.

Baca Juga: New Normal versi Pengusaha, Perusahaan Selalu Sediakan Hand Sanitizer

Hal ini berkaitan dengan pemberian imunisasi yang tetap harus berjalan. Selain imunisasi, asuhan neonatal esensial, pemenuhan nutrisi lengkap seimbang, suplementasi sesuai kebutuhan, stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK), serta berbagai program terkait kesehatan anak yang sempat terganggu pada awal pandemu harus kembali berjalan optimal.

Menjadi catatan penting untuk pemerintah, IDAI mengimbau agar pemantauan pertumbuhan dan perkembangan tetap dilakukan sesuai jadwal SDIDTK yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan. Semua ini menjadi penting agar kesehatan anak tetap terjaga dalam situasi kehidupan new normal.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini