Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Waspada, Masuk Sekolah Malah Buat Klaster Baru Covid-19

Martin Bagya Kertiyasa, Jurnalis · Jum'at 29 Mei 2020 20:42 WIB
https: img.okezone.com content 2020 05 29 620 2221739 waspada-masuk-sekolah-malah-buat-klaster-baru-covid-19-5qm6RdnyeZ.jpg Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A A A

TAHUN ajaran baru akan segera dimulai pada pertengahan Juni ini. Tapi, masih banyak pertentangan apakah sekolah akan diibuka kembali, atau anak-anak tetap belajar secara virtual.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun menyatakan penutupan sekolah dilakukan bukan lantaran takut terpapar Covid-19. Memang anak-anak dikatakan lebih tahan terhadap virus corona Covid-19.

Tapi, anak-anak bisa menjadi carrier dari orang dewasa ke dewasa lainnya. Meski mereka tidak terjangkit, tapi bisa menularkan ke orangtuanya.

Tapi, pakar Epidemiologi dari Unair, Laura Yamani meminta pemerintah untuk berpikir ulang atas rencana membuka kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah saat pandemi corona masih merangkak naik. Laura menyebutkan sekolah akan menjadi "ladang" penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Sekolah Akan Dimulai di New Normal, Orangtua: Memang Anak SD Paham Physical Distancing?

Laura menyatakan, meskipun setiap orang memiliki risiko yang sama bisa tertular dengan Covid-19, tetapi tingkat keparahan yang ditimbulkan tergantung pada sistem imunitas yang dimiliki.

"Orang usia lanjut dan mereka yang memiliki penyakit kronis akan menjadi fatal ketika terinfeksi Covid-19. Pada anak-anak pun ada yang bisa menjadi fatal tergantung kondisi kesehatan anak tersebut," katanya.

Bahkan menurut dia, anak-anak sangat berpotensi mengembangbiakkan virus tersebut di dalam tubuhnya atau biasa disebut (reservoir).

Follow Berita Okezone di Google News

Senada, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) Unifah Rosyidi mengatakan tidak setuju jika anak-anak masuk ke sekolah Juli ini. "Kasus masih tinggi, jadi probabilitas anak-anak kena masih tinggi. Karena itu, proses pembelajaran harus dari rumah, jangan sampai sekolah jadi klaster baru," katanya di iNews.

Dia pun mengakui, belajar online memang membuat orangtua kerepotan, tapi bukan berarti orangtua tidak akan repot jika anak ke sekolah. "Akan lebih repot kalau anak kita terdampak virus corona," tutur dia.

Oleh karenanya, dia pun tidak setuju anak-anak masuk sekolah di Juli karena kasus yang terbilang masih terus bertambah. "Jadi kita tidak boleh tergesa-gesa atau terburu-buru," tuturnya.

Menurut dia, saat new normal nanti anak-anak pun harus memakai masker, dan rajin mencuci tangan. Pastinya, guru akan repot untuk harus memantau anak-anak tersebut. "Belum lagi tidak ada jaminan mereka aman tidak terpapar Covid-19 di jalan," katanya.

Baca Juga: Orangtua Kerepotan dengan Belajar Online, Ketua PGRI: Lebih Repot kalau Kena Corona

Karena itu, dia meminta Pemda dan Kemendikbud, memastikan bagimana proses pembelajaran tetap berlangsung dalam pandemi ini. Meskipun, anak-anak harus tetap belajar di rumah dengan online.

"Jika anak-anak di rumah, ada guidance dari orangtua, dan komunikasi bisa diperkuat. Tapi yang jelas layanan pendidikan tetap bisa jalan,” katanya.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti pun meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) terus mengkaji langkah pembukaan sekolah pada 13 Juli 2020.

Retno mengungkapkan, dari data Kementerian Kesehatan terdapat 831 anak terinfeksi Covid-19 (data 23 Mei 2020). Usia anak yang tertular itu berkisar 0-14 tahun.

Sementara data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 129 anak meninggal dunia dengan status pasien dalam pengawasan (PDP). Satu hal lain yang menyedihkan, 14 anak meninggal dengan status positif Covid-19.

Terdapat 3.400 anak dalam perawatan dengan berbagai penyakit. Dari jumlah itu, ada 584 anak terkonfirmasi positif dan 14 anak meninggal dunia.

Baca Juga: Tak Cukup Pakai Surat Sehat, Mau Terbang Juga Harus Lulus Uji PCR

"Beberapa negara membuka sekolah setelah kasus positif Covid-19 menurun drastis bahkan sudah nol kasus. Itupun masih ditemukan kasus penularan Covid-19 yang menyerang guru dan siswa," katanya.

"Peristiwa itu terjadi di Finlandia. Padahal mereka tentu mempunyai sistem kesehatan yang baik. Persiapan pembukaan sekolah di sana sudah matang. Namun faktanya, sekolah jadi klaster baru," jelas Retno.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini