Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Tangkal Radikalisme Melalui Pengenalan Islam yang Moderat dan Toleran

Rizka Diputra, Jurnalis · Rabu 01 Juli 2020 19:01 WIB
https: img.okezone.com content 2020 07 01 620 2239686 tangkal-radikalisme-melalui-pengenalan-islam-yang-moderat-dan-toleran-slmFvJ2Gvt.jpg Ilustrasi (Foto: Inst Oksana)
A A A

RADIKALISASI yang menargetkan generasi milenial dewasa ini patut diwaspadai. Ya, radikalisasi ini bisasnya berawal dari dangkalnya pemahaman agama. Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) dari Syarikat Islam Indonesia, KH. Muflich Chalif Ibrahim menjelaskan, penerapan moderasi beragama sangat diperlukan, terutama bagi generasi muda guna mencegah radikalisasi.

Hal ini bertujuan menekankan bahwa belajar agama bukan hanya bertujuan membentuk individu yang saleh secara personal, tetapi juga agar mampu dijadikan instrumen untuk menghargai umat agama lain.

“Yang pas memang ya moderasi beragama dengan menerapkan washatiyah itu karena artinya kita dapat menerima perbedaan yang ada. Tapi tetap masalah utama seperti yang juga pernah saya sampaikan di kantor Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) beberapa pekan lalu seperti masalah kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan ini juga harus diselesaikan,” ujar Kiai Muflich, dalam siaran persnya kepada Okezone di Jakarta, Rabu (1/7/2020).

Namun kata dia, moderasi beragama harus digalakkan terutama di kalangan generasi milenial. Agar mereka dapat menerima perbedaan yang ada termasuk perbedaan pendapat yang ada di internal Islam sendiri.

“Yang kita tahu sekarang ada orang yang berbeda pandangan politik, berbeda pendapat itu dianggap lawan, padahal harusnya tidak seperti itu. Sedangkan yang kita tahu dan kita alami dengan tokoh-tokoh di masa peralihan Orde Baru, perbedaan pendapat itu betul-betul dihargai. Tidak dianggap lawan orang-orang yang berbeda pendapat itu,” kata putra mantan anggota MPR RI, HM. Chasab Ibrahim ini.

Ia mengaku prihatin atas masih adanya perbedaan pandangan baik pandangan politik maupun beda terhadap pandangan ideologi bangsa ini yang tidak dapat diterima oleh sebagian kalangan ataupun kelompok tertentu.

"Saya juga prihatin ada banyak orang yang memiliki perbedaan pendapat dan pandangan politik justru dikatakan anti Pancasila, pengkhianat Pancasila dan sebagainya. Padahal sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita bahwa berdemokrasi dan bermusyawarah itu dengan berdasarkan kemanusiaan. Itu hal yang lumrah,” tuturnya.

Kiai Muflich mengatakan, mengenalkan Islam yang moderat, toleran dan berkeadilan khususnya kepada para generasi muda adalah esensi agama itu sendiri. Karena semua agama sebetulnya tidak membenarkan dan tidak mentolerir mengenai adanya paham radikal terorisme apalagi yang kemudian sampai berujung pada kekerasan dan aksi teror.

“Karena pada hakikatnya, manusia ini sendiri harus memanusiakan manusia. Manusia harus meninggalkan kecenderungan yang tidak manusiawi, kecenderungan seperti hewan, kecenderungan seperti setan dan lain sebagainya,” paparnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Menurutnya, sesuai ideologi Pancasila, sejatinya aspek moralitaslah yang seharusnya di kedepankan. Yang mana seperti gotong royong dan aspek moralitas lainnya itu sebetulnya sudah mendarah daging di bumi nusantara ini bahkan sebelum 22 Juni 1945 ditetapkannya Pancasila.

“Jadi Pancasila, lima sila itu saya sebagai muslim menganggap induk dari semua silanya itu adalah Alquran. Tapi dalam konteks kita dalam berbangsa dan bernegara, itu adalah suatu konsensus bersama, kesepakatan bersama, yang mana setiap kaum muslim juga wajib menjunjung dan menghormati itu,” tegasnya.

1
2

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini