Pandemi Covid-19 yang menyerang Tanah Air pada Maret 2020 menjadi tugas berat bagi pemerintah Indonesia. Meskipun Covid-19 adalah virus baru, tapi Indonesia pernah menghadapi waba lainh beberapa tahun lalu.
Sebelum Covid-19 merajalela, Indonesia pernah dihadapkan oleh beberapa virus seperti Sars CoV, H5N1 (Flu burung), H1N1 (Flu babi) dan Mers Cov. Tentunya Indonesia telah memiliki banyak pengalaman dalam menangani pandemi.
Guru Besar Madya Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor, dr. Bayu Krisnamurthi mengatakan flu burung pernah pada 2003. Serangan penyakit pada hewan itu sudah ada sejak 2003, 2004, 2005 dan mulai terjadi eskalasi.
Pada pertengahan 2005 terjadilah case yang pertama di manusia. Virus tersebut menginfeksi dari hewan ke manusia. Pada waktu itu WHO dan FAO belum menyatakan kondisi ini pandemi dan hanya menyatakan berpotensi.
Namun, dr Bayu menyatakan dampak dari wabah flu burung yang terjadi sekitar tahun 2005 jauh lebih ringan jika dibandingkan Covid-19 yang saat ini dihadapi Indonesia.
"Kalau dibandingkan dengan Covid-19 terus terang saja saya harus mengatakan flu burung itu enggak ada apa-apanya," ujar dr Bayu yang juga merupakan Ketua Komite Nasional Pengendalian Flu Burung Pandemi Influenza (Komnas FBPI) 2005-2009 dalam siaran langsung di Graha BNPB, Jumat (10/7/2020).
Kasus flu burung yang ditemukan di seluruh dunia kurang dari 1.000. Indonesia sendiri hanya menemukan sekira 200 orang terkonfirmasi positif.
“Tetapi yang mengerikan dari flu Burung adalah case fatality ratenya di dunia yang mencapai kira kira 60 persen. Di Indonesia fatality-nya meningkat jadi 80 persen. Jadi kalau ada yang kena 80 persen, puluhan yang meninggal,” jelasnya.
Lebih lanjut, Bayu menceritakan, dalam penanganan penyakit flu burung pemerintah Indonesia mengambil langkah cepat dengan membentuk Komnas FBPI sejak awal terdeteksinya flu burung di Indonesia. Komnas FBPI kemudian melancarkan strategi yang akhirnya dapat meredam dampak wabah flu Burung saat itu.
"Kita menangani penyakitnya, dampak sosial-ekonominya, dan komunikasi publiknya itu dalam porsi yang sama besar. Karena langkah yang harus diambil pada waktu itu adalah memusnahkan ayam,” terang Bayu
Baca Juga : Ahli Penyakit Infeksi Amerika Klaim Sudah Prediksi Kemunculan Covid-19 sejak 2019
Bayu menjelaskan karena virus ini menyerang ayam yang merupakan ternak penting untuk bangsa Indonesia, maka pemusnahan adalah suatu risiko besar. Pasalnya pemerintah harus memikirkan nilai ekonomi yang tinggi pada ternak ayam.
Sementara pada porsi komunikasi publik yang dilakukan pemerintah yakni menjangkau masyarakat dengan komunikasi yang tidak putus-putus dengan komunikasi yang kreatif. "Komunikasi yang membuat mereka bukan hanya takut, tapi juga kita siaga." ucap Bayu.
Bayu juga menitikberatkan pentingnya strategi komunikasi yang perlu disusun dengan baik agar pemenuhan informasi kepada masyarakat dapat diterapkan.
“Strategi komunikasi ini kita susun dengan baik, strategis, komprehensif, multilevel, multimedia. Masyarakat sekarang membutuhkan informasi, kalau tidak diisi mereka akan cari, jadi penuhi dengan informasi yang benar,” tutur Bayu.
Follow Berita Okezone di Google News