SELAMA pandemi covid-19 ini kita memang menjalankan kebiasaan baru yang lebih bersih. Pasalnya, menurut para pakar kesehatan, menjaga kebersihan diri jadi salah satu cara agar tidak terkena virus corona berbahaya ini, selama obat dan vaksin belum ditemukan.
Memang sejak pandemi Covid-19, masyarakat secara masif lebih rajin membersihkan rumah. Tidak hanya itu, kita juga rajin cuci tangan secara berkala dan memakai hand sanitizer setiap kali usai menyentuh suatu benda di tempat umum. Tujuannya, karena kita ingin melindungi diri dari kuman dan infeksi serta risiko terpapar Covid-19.
Tetapi, apakah hidup terlalu bersih dapat merusak sistem kekebalan tubuh kita? Menurut beberapa pengamatan, anak-anak yang dibesarkan di negara maju atau kota besar memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, dibandingkan dengan anak-anak yang terpapar patogen di masa kecil mereka.
Hingga kini, belum ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa menerapkan hidup bersih atau menjaga kebersihan lingkungan dapat menurunkan imunitas kita.
Baca Juga: 10 Tanda Imunitas Tubuh Seseorang Menurun
Melansir clevelandclinic.org, ahli alergi dan imunologi James Fernandez, MD, PhD, mengatakan tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa hidup terlalu bersih malah berbahaya bagi kesehatan dan kekebalan tubuh Anda.
"Beberapa langkah kebersihan yang kita praktikkan selama ini, menurut saya tidak akan berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh kita," katanya.
Keyakinan bahwa sering mencuci tangan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda mungkin berasal dari sesuatu yang disebut hipotesis kebersihan. Ini adalah gagasan bahwa anak-anak yang terpapar lebih banyak virus, bakteri, dan patogen lainnya di awal kehidupan, malah bisa membangun sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.
Baca Juga: Kapan Kita Perlu Konsumsi Suplemen dan Vitamin Penambah Imunitas?
"Gagasan ini berasal dari pengamatan bahwa anak-anak dari beberapa negara berkembang mungkin terpapar lebih banyak patogen, cenderung lebih jarang terkena penyakit tertentu, misal alergi dan asma," catat Dr. Fernandez.
Tapi, masih ada perdebatan seputar hipotesis ini. "Secara logika, pendapat tersebut masuk akal, tetapi tidak ada banyak ilmu yang kuat di belakangnya," jelas Dr. Fernandez.
Follow Berita Okezone di Google News