Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

WHO Umumkan Covid-19 Menyebar Lewat Udara, Bermanfaatkah Isolasi Mandiri?

Senin 13 Juli 2020 14:58 WIB
https: img.okezone.com content 2020 07 13 620 2245601 who-umumkan-covid-19-menyebar-lewat-udara-bermanfaatkah-isolasi-mandiri-xrl2WVwlB8.jpg Pandemi Covid-19 (Foto: Popular Mechanics)
A A A

Selama ini World Health Organization (WHO) menganggap mencuci tangan merupakan langkah pencegahan penting melawan Covid-19. Namun kini WHO mengakui kemungkinan Covid-19 bisa menular lewat udara.

Seperti dilansir BBC, WHO mengakui Covid-19 bisa menyebar melalui udara. Artinya virus corona bisa menyebar melalui partikel kecil yang diproduksi ketika seseorang berbicara atau bernapas.

Jika bukti permulaan ini terkonfirmasi, kemungkinan akan berdampak pada panduan protokol kesehatan di dalam ruangan.

 pakai masker

Menanggapi hal itu, Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono akhirnya meminta pemerintah mengkaji ulang kebijakan isolasi mandiri. Apalagi WHO mengakui penularan Covid-19 bisa menyebar lewat udara.

Seperti dilansir dari Sindo News, Pandu mengatakan, pernyataan WHO tentang Covid-19 bisa menular lewat udara semakin menguatkan agar masyarakat menggunakan masker di dalam maupun di luar ruangan. Selain itu, kita juga harus semakin waspada bahwa di dalam ruang tertutup itu risiko penularan Covid-19 lebih tinggi dibandingkan di ruang terbuka.

Menurut Pandu, penularan Covid-19 ini terjadi antar manusia dan dipengaruhi oleh pertemuan dan kontak dengan orang. Maka cukup sulit menerapkan protokol kesehatan di permukiman padat penduduk mulai dari problem jaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker.

Sebab, terang Pandu, masyarakat di permukiman padat itu kerap berkerumun, akses air bersih untuk cuci tangan belum memadai, dan siapa yang akan menyediakan masker untuk mereka.

 Baca juga: Gaya Tara Basro dan Daniel Adnan Kompak Pakai Daster, Netizen: The Real Uwu

Pandu mengkritik kebijakan pemerintah yang memperbolehkan orang positif Covid-19 isolasi mandiri di rumah. "Tentu kebijakan itu tidak cocok untuk permukiman padat penduduk karena rumah mereka biasanya berukuran kecil. Isolasi mandiri di rumah itu membahayakan."

Follow Berita Okezone di Google News

"Di beberapa wilayah menularkan ke keluarganya dan ada yang meninggal. Ini kebijakan yang tidak baik. Tidak semua keluarga bisa melakukan isolasi di rumah. Harus dicek (ukuran dan fasilitas) di rumahnya," ujar Pandu dalam diskusi daring dengan tema 'Urgensi Penanganan Permukiman Padat Penduduk Menghadapi Covid-19' belum lama ini.

Pandu mendesak, harus ada antisipasi dari pemerintah dan masyarakat untuk mencegah Covid-19 masuk ke permukiman kumuh karena bisa menjalar dengan cepat ke banyak orang. Salah satu contohnya, yakni di Singapura yang terjadi di permukiman pekerja migran.

Dia menjelaskan, setiap ada kasus di permukiman padat harus cepat dilakukan pelacakan terhadap orang yang kontak. Namun, dia tidak menyarankan menggunakan rapid test karena tidak efektif dan hanya mengidentifikasi antibodi bukan virus.

"Hal yang perlu diidentifikasi itu orang yang membawa virus. Sementara kebijakan di pasar dan permukiman kumuh itu pakai Rapid Test. Orang yang negatif tidak terdeteksi (Covid-19) padahal kemungkinan mereka terinfeksi itu ada karena antibodi itu baru akan terbentuk seminggu. Harusnya PCR," pungkas Pandu.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini