Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Jalan Panjang Uji Klinis Obat Covid-19 Buatan Unair

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Selasa 18 Agustus 2020 13:13 WIB
https: img.okezone.com content 2020 08 18 620 2263808 jalan-panjang-uji-klinis-obat-covid-19-buatan-unair-8HbmjQT7Cu.jpg Ilustrasi. (Freepik)
A A A

OBAT Covid-19 buatan Universitas Airlangga (Unair), TNI, dan BIN, jadi pembahasan hangat belakangan ini. Obat tersebut dinilai Epidemolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, membutuhkan waktu yang panjang karena harus memenuhi uji klinis Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Jadi, uji klinis obat itu hampir mirip dengan vaksin. Pertama, obat harus dilakukan uji lab sebagai awal, biasanya ini tahap sel. Kemudian, uji klinis tahap 1 dan 2 pada skala kecil untuk memastikan keamanan dan efektivitas. Nah, setelah itu baru masuk ke uji klinis tahap 3.

obat

"Uji klinis obat tahap 3 ini yang paling menentukan, dan ini harus dilakukan secara random dan ada kontrol dengan plasebo. Randomized clinical trials namanya," terang Dicky, beberapa hari lalu.

Baca Juga: 5 Koleksi Foto Cantik Hana Hanifah, Uh Body-nya bak Gitar Spanyol

Obat Covid-19 buatan Unair, TNI, dan BIN sendiri memiliki tiga kombinasi obat; Pertama adalah Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin; kedua ialah Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline; dan ketiga adalah Hydrochloroquine dan Azithromycin.

Lebih lanjut, obat Covid-19 dari Unair, TNI, dan BIN itu punya klaim 98% efektif lawan Covid-19. "PCR negatif dalam 3 hari, itu 90 persen. Jadi minimal 90 persen, ada yang 92, 93, 96, dan 98. Untuk PCR kuantitatif, itu ada penurunan jumlah virus secara signifikan," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga, Purwati, beberapa hari lalu.

 

Follow Berita Okezone di Google News

Purwati menjelaskan bahwa obat corona buatan timnya sudah diuji klinis pada pasien 18 tahun ke atas. Setelah itu, obat akan diuji dosisnya sebagai bagian dari uji klinis yang memang harus dijalankan.

Di sisi lain, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Ari Fahrial Syam, SpPD, mengatakan bahwa uji klinis obat itu harus sampai publikasi. Ini membuktikan bahwa uji klinis memang terverifikasi dengan jelas di mata dunia.

Baca Juga: Gaya Jessica Iskandar Pamer Bikini, Tak Kalah Menggoda dari Nia Ramadhani!

"Saya ingin mencontohkan salah satu uji klinik obat yang kami lakukan menggunakan kombinasi obat, kebetulan pada penanganan pasien dengan infeksi kuman H pylori. Uji klinik dilakukan secara Double-Blinded Randomized Clinical Trial, artinya peneliti dan pasien tidak tahu obat yang diberikan," terangnya pada Okezone melalui pesan singkat, Selasa (18/8/2020).

Dia melanjutkan, penelitian tersebut ingin melihat apakah jangka waktu lama pemberian obat kombinasi 3 macam obat Amoksisilin, Claritromisin, dan Rabeprazole, akan lebih efektif. Jika sebelumnya diberikan untuk 10 hari, kni lebih panjang menjadi 14 hari.

Penelitian itu, sambungnya, tentu harus lolos Komite Etik Kesehatan FKUI-RSCM yang kebetulan sudah berstandar internasional. Riset ini juga harus didaftarkan ke clinicaltrial.gov.

"Saat ini mendaftarkan uji klinik ke website itu menjadi seperti kewajiban saat submit ke jurnal internasional. Setelah penelitian, hasil penelitian kami submit ke kongres internasional untuk mendapat tambahan masukan dan review. Alhamdulillah, hasil penelitian ini mendapat penghargaan sebagai Presedential Poster pada World Congress of Gastroenterology Organization (WCOG) bersamaan dengan American Congress of Gastroenterology Congress di Orlando USA akhir 2017," tutur dr Ari.

Baru setelah itu, peneliti melakukan publikasi dan proses review yang panjang. Sampai akhirnya, uji klinis penelitian tersebut menjadi jurnal yang dipublikasi di Asian Pac J Cancer Prev. 2020;21(1):19-24. Jurnal tersebut bereputasi internasional Q2, Published 2020 Jan 1 .doi:10.31557/APJCP.2020.21.1.19.

"Tentu setelah itu semua, kami berharap ada perubahan protokol dalam terapi kuman H pylori dari 10 hari menjadi 14 hari sesuai dengan kesimpulan riset tersebut yang berbunyi; A 14-day course was more effective than 10-day course of triple therapy as first-line for eradication of H.pylori infection in an Indonesian population," katanya.

Baca Juga: Ulang Tahun, Kylie Jenner Tampil Tanpa Busana hingga Pamer Korset Kristal

Lebih lanjut, Dokter Ari menekankan, kalau suatu uji klinik baru selesai, tahap berikutnya ialah uji coba. Setelah itu di-submit ke kongres dunia, dan selanjutkan dipublikasi di jurnal internasional untuk mendapatkan pengakuan bahwa uji klinik tersebut valid dan bisa masuk guideline dan protokol pengobatan baru.

"Walau ini juga tidak otomatis, karena akan melihat apakah hasil ini konsisten dengan penelitian lain di luar negeri," terangnya. "Jadi, begitulah cerita bagaimana suatu uji klinis obat dilaksanakan sampai masuk publikasi internasional," pungkas dr Ari.

1
3

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini