Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Agustus Deflasi 0,05% Tanda Resesi Kian Dekat? Ini 5 Faktanya

Taufik Fajar, Jurnalis · Minggu 06 September 2020 08:06 WIB
https: img.okezone.com content 2020 09 05 620 2273086 agustus-deflasi-0-05-tanda-resesi-kian-dekat-ini-5-faktanya-YTSZpzkkYP.jpg Ekonomi (Foto: Shutterstock)
A A A

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Agustus 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05%. Dari 90 kota yang disurvei Indeks harga Konsumen (IHK), sebanyak 53 kota mengalami deflasi dan 37 kota mengalami inflasi .

Kepala BPS Suhariyanto merinci, inflasi kalender (Januari-Agustus 2020) mencapai 0,93% dan inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 1,32%.

Maka dari itu, Okezone merangkum fakta-fakta mengenai deflasi Agustus 2020, Jakarta, Minggu (6/9/2020),

 

1. Deflasi Berturut-turut, Indonesia Bakal Resesi?

 

Badan Pusat Statistik (BPS) kembali melaporkan data inflasi pada Agustus 2020 yang tercatat minus 0,05% atau deflasi 0,05%. Deflasi ini merupakan dua kali berturut-turut, setelah pada Juli lalu terjadi deflasi 0,10%.

Baca Juga: Deflasi Dua Kali, Sri Mulyani Akui Masyarakat Masih Takut Belanja 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan data angka inflasi yang dikeluarkan pihaknya pada bulan lalu dapat berdampak terhadap hasil pertumbuhan ekonomi di sepanjang triwulan ketiga tahun ini.

"Seperti saya sampaikan, tren ini hampir sama di semua negara. Terjadi pelemahan daya beli, dan hampir di semua negara mengalami deflasi. Covid ini menurunkan daya beli," tuturnya.

Dia mencatat deflasi 0,05% ini terjadi karena dari sisi supplying kita cukup bagus. Karena itu harga barang dari volatile price mengalami banyak penurunan.

 

2. Agustus Deflasi 0,05%, Orang Tajir Ngerem Belanja

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mencatat deflasi sebesar 0,05% pada bulan Agustus 2020. Hal ini menandakan Covid-19 terus menekan perekonomian Indonesia.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, deflasi ini akan menandakan sisi ekonomi Indonesia tertekan. Bahkan akan meningkatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) dikarenakan sisi permintaan konsumen yang menurun.

"Ini situasi yang menandakan sisi permintaan alami tekanan sehingga produsen tidak berani naikan harga jual barangnya. Tekanan pendapatan akibat terganggunya aktivitas ekonomi dan PHK massal di berbagai sektor," ujar Bhima.

Dia melanjutkan, indikasi pelemahan ekonomi terus berlanjut meskipun ada new normal. Kalau dibiarkan deflasi berlanjut maka ekonomi dipastikan masuk ke dalam resesi yang lebih dalam dibanding kuartal ke II-2020.

Follow Berita Okezone di Google News

3. Inflasi Kelompok Tertentu

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen selama Agustus mengalami deflasi sebesar 0,05% dibandingkan bulan sebelumnya (month of month/mtm). Secara keseluruhan, inflasi inti pada bulan lalu 0,29% (mtm) dan 2,03% (yoy).

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi tertinggi yakni 2,02% dan andilnya terhadap inflasi 0,13%. Adapun kenaikan tertinggi disumbang oleh harga emas yang melambung tinggi.

Serta, minyak goreng dan rokok kretek filter menyumbang inflasi yang mencapai 0,01% . "Kenaikan harga emas perhiasan yang memberikan andil inflasi 0,12%. Kenaikan harga emas perhiasan ini terjadi di 90 kota indeks harga konsumen," kata Suhariyanto dalam preskon virtual, Selasa (1/9/2020).

Sambung dia, komoditas yang mendorong terjadinya deflasi yakni daging ayam ras yang andilnya 0,09%, bawang merah andilnya 0,07%, tomat andilnya 0,02%, telur ayam ras dan buah-buahan seperti jeruk dan pisang, masing-masing 0,01%.

4. Bos BI Angkat Bicara

Bank Indonesia (BI) memproyeksi laju tahun ini akan rendah. Di mana sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Agustus 2020 yang tercatat minus 0,05% atau deflasi 0,05% .Deflasi ini menjadi dua kali berturut-turut, setelah pada Juli deflasi 0,10%.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengatakan dengan rendahnya inflasi pada Agustus maka secara keseluruhan atau tahunan, inflasi akan rendah.

"Sehingga kami meyakini 2020 inflasi akhir tahun akan di bawah batas, di bawah kisaran sasaran inflasi di bawah 2%," ujar Perry.

 

5. Sri Mulyani Akui Masyarakat Masih Takut Belanja

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan terjadinya deflasi dikarenakan daya konsumsi rendah. Apalagi, kelompok menengah atas sudah mengurangi daya belinya.

"Yang penting itu konsumsi masyarakat dan investasi yang harus dijaga itu dua hal yang penting. Kalau konsumsi bisa dengan bansos bisa membantu termasuk mendongkrak daya beli untuk kelas menengah. Namun daya beli yang besar dari kelompok menengah atas yang mana tergantung lagi dari kepercayaan covid karena walaupun mobilitas sudah naik tapi belum ditunjukkan belanja yang naik," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR.

1
2

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini