Tidak hanya secara fisik, pandemi Covid-19 secara tidak langsung telah berdampak terhadap kesehatan mental. Pandemi mengurangi interaksi sosial guna membatasi ruang gerak orang sebagai salah satu upaya menyebaran Covid-19.
Kondisi tersebut bisa menjadi pintu seseorang mengalami depresi. Ya, salah satunya karena dia merasa tidak punya peran dalam hidupnya, berbeda seperti saat sebelum pandemi.
Kehilangan perasaan memiliki peran dalam lingkungan sosial ini yang membuat kesepian bisa mengarah ke gangguan kesehatan mental.
"Kesepian itu bisa terjadi paling gampangnya karena seseorang ngerasa kurang interaksi dalam hal sosial. Dia ngerasa sepi sebenarnya karena lagi ngerasa krisis dengan eksistensinya, lagi ngerasa enggak punya peran dalam hidup, dalam dunia psikologi disebut HDR (Harga Diri Rendah)," papar Psikolog Klinis Dewasa M. Ari Wibowo, dalam Live Instagram #NgobrolBarengPiiluss, beberapa waktu lalu.
Tapi, merasa kesepian tidak selalu berkonotasi negatif. Ya, ada momen seseorang memang harus mengambil ruang sendiri untuk menstabilkan dirinya atau untuk men-charger kesehatan mentalnya.
Sebab, tidak bisa dipungkiri, ada beberapa orang yang mungkin merasa terlalu bising dengan kehidupan ini. Nah, dengan masuk ke dalam ruang sendiri, dia seperti melakukan 'charging' dirinya supaya lebih waras. Lantas, apa yang bisa membedakan kesepian itu dinilai negatif dan sebaliknya?
Baca Juga : Justin Bieber Nyaris Bunuh Diri Akibat Kesepian, Apa Solusinya?
Pertama, kata Ari, apakah saat Anda merasa kesepian, Anda merasa nyaman atau tidak. Jadi, sepi itu dimaknai dengan perasaan enggak nyaman.
"Nah, ketika Anda sendiri, benar-benar enggak ada orang, terus Anda merasa enggak nyaman, itu ada yang Anda hindarin, itu indikasi kesepian yang bermasalah," papar Ari.
Dilihat dalam kacamata klinis, kondisi tersebut bisa dikenali dengan misalnya Anda kehilangan minat pada hal yang Anda sukai. Misalnya, Anda pencinta drama Korea.
Follow Berita Okezone di Google News