Masih ingat dengan kabar vaksin Covid-19 yang dikembangkan Oxford University menyebabkan penerimanya mengalami penyakit misterius? Lalu, vaksin Covid-19 di Brazil yang menyebabkan kematian misterius?
Kabar tersebut seharusnya tidak bisa ditelan mentah-mentah oleh masyarakat. Sebab, pada kenyataannya tidak ada yang bisa memastikan penyebab kejadian tersebut dan para peneliti pun menegaskan bahwa tidak ada yang tahu pasti relawan vaksin itu diberikan vaksin atau plasebo.
Namun, kabar tersebut tentu menjadi catatan penting para peneliti yang sedang menciptakan vaksin Covid-19. Menurut laporan World Economic Forum, kabar-kabar tersebut menjadi hal penting dalam uji klinis fase 3 yang dilakukan pada ribuan orang yang dilibatkan di banyak negara.
"Ini tidak hanya memberitahu kita apakah vaksin aman atau tidak, tetapi juga memberitahu apakah vaksin itu berhasil untuk orang-orang dengan segala usia atau dengan masalah kesehatan tertentu," kata laporan tersebut.
Jadi, faktor apa saja yang kemudian membuat suatu vaksin dapat bekerja efektif di tubuh seseorang?
1. Jenis vaksin dan cara penyimpanannya
Banyak kandidat vaksin Covid-19 mengandung bagian dari protein virus SARS-CoV2 dan ini ditambahkan dengan tujuan merangsang kekebalan pelindung. Namun, ada banyak cara berbeda untuk mengirimkan protein ini ke tubuh dan beberapa mungkin lebih efektif daripada yang lain dalam menstimulus sistem kekebalan tubuh.
Misalnya pada vaksin Covid-19 yang dikembangkan Oxford University. Vaksinya diketahui menggabungkan 'spike protein' dengan virus lain untuk meniru apa yang dilakukan SARS-CoV2 di tubuh seseorang. Sedangkan, vaksin yang dikembangkan oleh University of Queensland mengandung spike protein yang dikemas dengan senyawa lain (adjuvan) untuk merangsang sistem kekebalan tubuh.
Beberapa orang mungkin membutuhkan suntikan penguat lanjutan untuk memastikan kekebalan yang lebih tahan lama dari vaksin yang disuntikan.
Beberapa peneliti juga diketahui membuat vaksin dalam bentuk semprotan hidung. Vaksin jenis ini dapat menimbulkan respons kekebalan yang lebih efektif terhadap Covid-19 di saluran pernapasan atas, termasuk lubang hidung, mulut, dan tenggorokan.
Baca Juga : Nagita Slavina Latihan Menari Pakai N95, Netizen: Virus Bakalan Sungkem Sama Ini Masker
2. Infeksi sebelumnya
Ya, infeksi sebelumnya dapat memicu sistem kekebalan tubuh merepsons secara berbeda terhadap vaksin yang diberikan. Misalnya, birus SARS-CoV2 yang merupakan keluarga besar virus corona, empat di antaranya bertanggung jawab atas flu biasa.
Jika Anda pernah terpapar virus flu biasa dan mengembangkan sel memori kekebalan akan virus corona penyebab flu biasa, mungkin berarti respons yang lebih kuat atau lebih cepat bisa dirasakan ketika Anda menerima vaksin Covid-19.
Beberapa orang memiliki respons imun pelindung yang buruk terhadap kandidat vaksin Covid-19. Mereka itu adalah orang yang mungkin sudah memiliki kekebalan terhadap adenovirus yang digunakan dalam beberapa vaksin untuk mengirimkan spike protein SARS-CoV2.
Dengan kata lain, tubuh mereka meningkatkan respons imun ke bagian vaksin yang salah (mekanisme pengiriman) dan bukan ke bagian karakteristik virus (protein lonjakan).
Follow Berita Okezone di Google News