Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

5 Faktor Penentu Vaksin Covid-19 Bekerja Efektif di Tubuh

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Senin 09 November 2020 12:54 WIB
https: img.okezone.com content 2020 11 09 620 2306543 5-faktor-penentu-vaksin-covid-19-bekerja-efektif-di-tubuh-zu83obsroA.jpg Ilustrasi (Foto : Medicaldaily)
A A A

Masih ingat dengan kabar vaksin Covid-19 yang dikembangkan Oxford University menyebabkan penerimanya mengalami penyakit misterius? Lalu, vaksin Covid-19 di Brazil yang menyebabkan kematian misterius?

Kabar tersebut seharusnya tidak bisa ditelan mentah-mentah oleh masyarakat. Sebab, pada kenyataannya tidak ada yang bisa memastikan penyebab kejadian tersebut dan para peneliti pun menegaskan bahwa tidak ada yang tahu pasti relawan vaksin itu diberikan vaksin atau plasebo.

Namun, kabar tersebut tentu menjadi catatan penting para peneliti yang sedang menciptakan vaksin Covid-19. Menurut laporan World Economic Forum, kabar-kabar tersebut menjadi hal penting dalam uji klinis fase 3 yang dilakukan pada ribuan orang yang dilibatkan di banyak negara.

"Ini tidak hanya memberitahu kita apakah vaksin aman atau tidak, tetapi juga memberitahu apakah vaksin itu berhasil untuk orang-orang dengan segala usia atau dengan masalah kesehatan tertentu," kata laporan tersebut.

Jadi, faktor apa saja yang kemudian membuat suatu vaksin dapat bekerja efektif di tubuh seseorang?

1. Jenis vaksin dan cara penyimpanannya

Vaksin

Banyak kandidat vaksin Covid-19 mengandung bagian dari protein virus SARS-CoV2 dan ini ditambahkan dengan tujuan merangsang kekebalan pelindung. Namun, ada banyak cara berbeda untuk mengirimkan protein ini ke tubuh dan beberapa mungkin lebih efektif daripada yang lain dalam menstimulus sistem kekebalan tubuh.

Misalnya pada vaksin Covid-19 yang dikembangkan Oxford University. Vaksinya diketahui menggabungkan 'spike protein' dengan virus lain untuk meniru apa yang dilakukan SARS-CoV2 di tubuh seseorang. Sedangkan, vaksin yang dikembangkan oleh University of Queensland mengandung spike protein yang dikemas dengan senyawa lain (adjuvan) untuk merangsang sistem kekebalan tubuh.

Beberapa orang mungkin membutuhkan suntikan penguat lanjutan untuk memastikan kekebalan yang lebih tahan lama dari vaksin yang disuntikan.

Beberapa peneliti juga diketahui membuat vaksin dalam bentuk semprotan hidung. Vaksin jenis ini dapat menimbulkan respons kekebalan yang lebih efektif terhadap Covid-19 di saluran pernapasan atas, termasuk lubang hidung, mulut, dan tenggorokan.

Baca Juga : Nagita Slavina Latihan Menari Pakai N95, Netizen: Virus Bakalan Sungkem Sama Ini Masker

2. Infeksi sebelumnya

Ya, infeksi sebelumnya dapat memicu sistem kekebalan tubuh merepsons secara berbeda terhadap vaksin yang diberikan. Misalnya, birus SARS-CoV2 yang merupakan keluarga besar virus corona, empat di antaranya bertanggung jawab atas flu biasa.

Jika Anda pernah terpapar virus flu biasa dan mengembangkan sel memori kekebalan akan virus corona penyebab flu biasa, mungkin berarti respons yang lebih kuat atau lebih cepat bisa dirasakan ketika Anda menerima vaksin Covid-19.

Beberapa orang memiliki respons imun pelindung yang buruk terhadap kandidat vaksin Covid-19. Mereka itu adalah orang yang mungkin sudah memiliki kekebalan terhadap adenovirus yang digunakan dalam beberapa vaksin untuk mengirimkan spike protein SARS-CoV2.

Dengan kata lain, tubuh mereka meningkatkan respons imun ke bagian vaksin yang salah (mekanisme pengiriman) dan bukan ke bagian karakteristik virus (protein lonjakan).

Follow Berita Okezone di Google News

3. Faktor genetik

Gen kita memainkan peran besar dalam mengatur sistem kekebalan tubuh. Itu kenapa para peneliti melihat adanya faktor jenis kelamin dalam merespons kekebalan Covid-19.

Nah, dengan dilakukannya uji klinis yang lebih besar, itu akan membantu kita dalam memahami apakah pria dan perempuan meresposn secara berbeda terhadap vaksin Covid-19.

Di samping itu, orang dengan defisiensi imun bawaan mungkin juga tidak dapat menghasilkan imunitas pelindung yang kuat sebagai respons terhadap vaksinasi.

4. Usia

Vaksin

Komposisi kekebalan tubuh manusia berubah setiap tahunnya dan ini memengaruhi kemampuan tubuh meningkatkan respons imun pelindung. Sistem kekebalan bayi dan anak-anak misalnya, masih sangat berkembang, beda dengan mereka yang sudah tua. Ini yang membuat respons imun bayi dan anak-anak beda dengan orang dewasa.

Beberapa vaksin Covid-19 mungkin lebih efektif pada anak-anak atau direkomendasikan untuk mereka. Ini juga terbukti pada vaksin flu.

Seiring bertambahnya usia, perubahan dalam sistem kekebalan tubuh akan terjadi dalam hal mempertahankan kekebalan pelindung jangka panjang.

Pada dasarnya, tubuh manusia kurang mampu membuat antibodi baru sebagai respons terhadap infeksi. Itu yang terjadi pada lansia yang cenderung tidak mampu meningkatkan respons imun protektif di vaksin flu.

"Jadi, kamu memerlukan data dari uji coba besar untuk memverifikasi apakah vaksin Covid-19 berhasil pada anak-anak dan orangtua, atau hanya di salah satu kelompok saja," terang laporan ini.

5. Faktor gaya hidup

Diet, olahraga, stres, dan kebiasaan merokok memberi pengaruh pada proses respons imun terhadap vaksinasi. Jadi, kita bisa menjaga sistem kekebalan dengan menjalankan gaya hidup yang sehat.

Beberapa penelitian mengeluarkan hipotesis bahwa mikroba usus dapat memengaruhi respons kekebalan terhadap vaksinasi. Tetapi, lebih banyak penelitian diperlukan untuk memastikan informasi tersebut, khususnya selama vaksinasi Covid-19.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini