3. Faktor genetik
Gen kita memainkan peran besar dalam mengatur sistem kekebalan tubuh. Itu kenapa para peneliti melihat adanya faktor jenis kelamin dalam merespons kekebalan Covid-19.
Nah, dengan dilakukannya uji klinis yang lebih besar, itu akan membantu kita dalam memahami apakah pria dan perempuan meresposn secara berbeda terhadap vaksin Covid-19.
Di samping itu, orang dengan defisiensi imun bawaan mungkin juga tidak dapat menghasilkan imunitas pelindung yang kuat sebagai respons terhadap vaksinasi.
4. Usia
Komposisi kekebalan tubuh manusia berubah setiap tahunnya dan ini memengaruhi kemampuan tubuh meningkatkan respons imun pelindung. Sistem kekebalan bayi dan anak-anak misalnya, masih sangat berkembang, beda dengan mereka yang sudah tua. Ini yang membuat respons imun bayi dan anak-anak beda dengan orang dewasa.
Beberapa vaksin Covid-19 mungkin lebih efektif pada anak-anak atau direkomendasikan untuk mereka. Ini juga terbukti pada vaksin flu.
Seiring bertambahnya usia, perubahan dalam sistem kekebalan tubuh akan terjadi dalam hal mempertahankan kekebalan pelindung jangka panjang.
Pada dasarnya, tubuh manusia kurang mampu membuat antibodi baru sebagai respons terhadap infeksi. Itu yang terjadi pada lansia yang cenderung tidak mampu meningkatkan respons imun protektif di vaksin flu.
"Jadi, kamu memerlukan data dari uji coba besar untuk memverifikasi apakah vaksin Covid-19 berhasil pada anak-anak dan orangtua, atau hanya di salah satu kelompok saja," terang laporan ini.
5. Faktor gaya hidup
Diet, olahraga, stres, dan kebiasaan merokok memberi pengaruh pada proses respons imun terhadap vaksinasi. Jadi, kita bisa menjaga sistem kekebalan dengan menjalankan gaya hidup yang sehat.
Beberapa penelitian mengeluarkan hipotesis bahwa mikroba usus dapat memengaruhi respons kekebalan terhadap vaksinasi. Tetapi, lebih banyak penelitian diperlukan untuk memastikan informasi tersebut, khususnya selama vaksinasi Covid-19.
Follow Berita Okezone di Google News
(hel)