JAKARTA - Ada beberapa faktor yang memengaruhi investor berinvestasi di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas). Yaitu dampak pandemi Covid-19 selama dua tahun yang masih berpengaruh, cadangan migas Indonesia yang jumlahnya masih terjadi perdebatan dan tren transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan.
Jika kembali merujuk data dari SKK Migas, saat pandemi melanda secara global tahun 2020-2021, investasi di sektor hulu migas justru mengalami pertumbuhan sebesar 3,8%. Pada rentang waktu tersebut, capaian investasi meningkat dari USD10,5 miliar menjadi USD10,9 miliar.
Kendati demikian, Pemerintah dinilai telah berupaya menjaga agar Indonesia masih menjadi tujuan investor migas di dunia. Tren kenaikan investasi tersebut tidak bisa serta merta meningkatkan produksi migas nasional dalam jangka pendek.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan upaya Pemerintah sudah cukup bagus untuk menarik investor. Di antaranya, melalui beberapa program dan kebijakan yang dikeluarkan.
“Saya kira upayanya sudah optimal, berbagai kebijakan seperti One Door Service Policy," kata Fahmy di Jakarta, Senin (12/12/2022).
Selain itu, pemerintah memberikan keleluasaan bagi investor memilih rezim kontrak menggunakan gross split atau cost recovery. Kemudian juga beberapa fiskal insentif juga sudah diberikan.
Berdasarkan data dari SKK Migas, total investasi di sektor hulu migas dari 2018 hingga 2022 mencapai USD57,2 miliar.
Follow Berita Okezone di Google News