JAKARTA - Kinerja perusahaan BUMN membaik di semester I-2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal ini terlihat dari kenaikan laba bersih BUMN yang mencapai 356% sepanjang semester I-2021 dibandingkan semester I-2020.
Laba bersih BUMN tercatat sebesar Rp5,77 triliun pada semester I-2020. Angkanya kemudian meningkat menjadi Rp26,35 triliun pada Januari-Juni 2021.
Kinerja baik ini tentu menjadi salah satu bukti, program perusahaan BUMN berhasil. Sekaligus juga diharapkan semakin membuat lapangan pekerjaan semakin banyak. Semakin untung semakin besar peluang melebarkan bisnis.
Aalah satu yang mendorong kinerja BUMN makin baik didukung beberapa faktor. Antara lain perbaikan harga komoditas, penanganan pandemi yang semakin baik, juga peningkatan di sektor kesehatan, telekomunikasi, yang berujung pada kenaikan kinerja. Misal BUMN sektor tambang, kinerja makin baik didorong kenaikan harga komoditas.
"Perkiraan saya kenaikan laba BUMN lebih disumbang oleh BUMN bank pemerintah, Pertamina, Telkom, dan BUMN kesehatan," kata Ekonom yang juga pengajar Perbanas Institut Piter Abdullah dalam keterangannya, Jakarta, Rabu (20/10/2021).
Baca Juga: Transformasi BUMN Besar-besaran, Erick Thohir: Laba Bersih Meroket 356%
Dia menilai, kenaikan kinerja selain karena faktor perbaikan pengelolaan, juga didorong sektor komoditas yang membaik di masa pandemi. Dia yakin, dengan perbaikan maka BUMN akan mempertahankan kinerja. Tak bisa juga dipungkiri, masih ada beberapa BUMN yang perlu diperbaiki.
"Termasuk juga indikator-indikator penyediaan lapangan kerja, dan sumbangsih terhadap kesejahteraan masyarakat. Mungkin yang paling bisa diapresiasi walaupun labanya tidak ada adalah program BBM satu harga Pertamina serta keberhasilan BUMN Karya membangun berbagai infrastuktur," kata Piter
Kenaikan laba bersih BUMN yang mencapai 356% sepanjang semester I-2021 dibandingkan semester I-2020 tentu bisa dibaca ada perbaikan, namun juga jadi tantangan apakah akan terus mampu dipertahankan mengingat perbaikan kinerja lebih disokong perbaikan harga komoditas.
"Kenaikan itu bersifat adhoc karena kenaikan harga komoditas, karena adanya pandemi. Ketika harga komoditas turun, pandemi sudah usai, keuntungan BUMN bisa saja akan kembali turun," ucapnya.
Follow Berita Okezone di Google News