Ustadz Rifqi menegaskan, semua itu hanya kebiasaan ulama, bukan ciri yang pasti Lailatul Qadar datang. Namun ciri yang pasti, lanjutnya, justru disebutkan dalam ayat Surah Al Qadr pada ayat ke-4 salāmun hiya ḥattā maṭla'il-fajr (artinya: Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar), yakni kedamaian akan diberikan kepada orang yang mendapat kemuliaan Lailatul Qadar sampai waktu fajar terbit.
"Tapi alangkah singkatnya kalau manfaat yang dia dapatkan dengan malam Qadr itu hanya sampai waktu fajar. Maka ada ulama yang mengatakan sebelum fajar itu adalah sampai pada fajar kedua (sampai hari kiamat). Maka orang yang dapat Qadar itu bukan dari alam, tapi ada kedamaian di dalam hatinya dan dia bisa membawa kedamaian di dalam kehidupannya kepada oranglain di kehidupan selanjutanya," katanya.
Baca Juga: Tata Cara Buka Puasa yang Benar Sesuai Sunah Rasul
Lontaran serupa disampaikan Ustadz Asroni Al Paroya, Ketua Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia (FKDMI) Jakarta Timur. Dia menegaskan, malam Lailatul Qadar sulit untuk diprediksi, namun Rasulluah menyerukan umatnya dan memberikan isyarat yang terdapat pada hadist yang di riwayatkan oleh Bukhari yang artinya “ Carilah malam lailatul Qadar pada Malam – Malam ganjil dari sepuluh hari terakhir Ramadan (HR. Bukhari)
Berangkat dari hadist tersbut para ulama berpendapat bahwa malam Lailatul Qadar akan berada pada tanggal ganjil tepat di sepuluh hari terakhir Ramadan.
Follow Berita Okezone di Google News