Fase III
Uji klinis fase III membandingkan obat baru dengan obat standar perawatan. Uji coba ini menilai efek samping dari setiap obat dan obat mana yang bekerja lebih baik. Uji coba fase III mendaftarkan 100 atau lebih pasien.
Seringkali, uji coba ini dilakukan secara acak. Ini berarti bahwa pasien dimasukkan ke dalam kelompok pengobatan, yang disebut kelompok percobaan, secara kebetulan.
'Pengacakan' diperlukan untuk memastikan bahwa responden menunjukkan efek yang sama. Ini membuat para ilmuwan tahu bahwa hasil uji klinis disebabkan oleh perawatan dan bukan perbedaan antara kelompok. Suatu program komputer sering digunakan secara acak untuk pengujian.
Mungkin ada lebih dari dua kelompok perlakuan dalam uji coba fase III. Kelompok kontrol mendapatkan perawatan standar perawatan. Kelompok lain mendapatkan perawatan baru. Responden maupun dokter yang menangani tidak dapat memilih suatu grup tertentu. Responden juga tidak akan tahu di grup mana berada sampai sidang selesai.
Setiap pasien dalam studi fase III diawasi dengan ketat. Penelitian akan dihentikan lebih awal jika efek samping dari obat baru terlalu parah atau jika satu kelompok memiliki hasil yang jauh lebih baik. Uji klinis fase III sering diperlukan sebelum FDA akan menyetujui penggunaan obat baru untuk masyarakat umum.
Fase IV
Uji klinis fase IV menguji obat baru yang disetujui oleh FDA. Obat ini diuji pada beberapa ratus atau ribuan pasien. Hal ini memungkinkan penelitian yang lebih baik tentang efek samping dan keamanan jangka pendek dan jangka panjang.
Misalnya, beberapa efek samping yang jarang hanya dapat ditemukan pada kelompok besar orang. Dokter juga dapat mempelajari lebih lanjut tentang seberapa baik obat itu bekerja dan apakah itu membantu ketika digunakan dengan perawatan lain.
Follow Berita Okezone di Google News
(hel)
