Hal itu dilihat dari hasil penelitian pada tikus yang belum mengalami badai sitokin. Jadi, dalam kondisi belum mengalami badai sitokin, tikus diberikan pengobatan akupuntur dan diketahui bahwa tubuh tikus tersebut mengalami peningkatan peradangan yang lebih rendah dan tingkat kelangsungan hidup meningkat dari 20% menjadi 80%.
Di sisi lain, seorang ahli akupuntur menyambut gembira kabar positif ini. "Ini adalah berita yang menggembirakan," kata ahli akupuntur Sara Reznikoff, diwawancara terpisah. "Selalu menyenangkan ketika peneliti Barat mendukung sistem pengobatan akupuntur kuno dan pengobatan tradisional Tiongkok lainnya," sambungnya.
Baca Juga: 5 Koleksi Foto Cantik Hana Hanifah, Uh Body-nya bak Gitar Spanyol
Reznikoff menambahkan, akupuntur sudah terkenal khasiatnya sejak zaman dulu. Praktik ini sangat bagus dalam memicu kemampuan penyembuhan bawaan tubuh, membantu peradangan, dan menenangkan sistem saraf.
"Saya telah melihat hasil yang luar biasa dalam praktik saya merawat pasien dengan gejala Covid-19," tambahnya. Dengan keluarnya hasil penelitian Harvard Medical School ini pun membuat Reznikoff yakin akupuntur bisa dipertimbangkan dalam melawan Covid-19 secara global.
Follow Berita Okezone di Google News
(dwk)