Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Mengenal Peusijuk, Tradisi Warisan Leluhur Masyarakat Aceh

Kamis 29 Oktober 2020 12:49 WIB
https: img.okezone.com content 2020 10 29 620 2301164 mengenal-peusijuk-tradisi-warisan-leluhur-masyarakat-aceh-Er3ThqQ5eV.jpg Bahan untuk ritual peusijuk (Instagram @penggiatbudaya_aceh)
A A A

MASYARAKAT Aceh menjaga baik adat tradisinya. Salah satunya adalah peusijuk, ritual serupa tepung tawar. Peusijuk sering dilakukan terhadap pengantin baru, orang yang baru kena musibah, orang yang mau berhaji atau umrah. Prosesi ini juga kerap dipraktikkan saat orang baru beli kendaraan, membuka usaha, tinggal di rumah baru, hingga menyambut tamu.

Selain itu, peusijuk juga menjadi salah satu adat yang dapat mendamaikan pertikaian kecil terjadi di tengah masyarakat di Aceh. Peusijuk biasanya dipimpin oleh tokoh atau tetua adat atau orang dituakan di masyarakat.

“Peusijuk ini merupakan proses mendinginkan atau musyawarah suasana-suasana yang mencekam disebabkan oleh pertikaian-pertikaian kecil yang terjadi di masyarakat, guna yang saling bertikaian ini saling memaafkan,” kata Kepala Bidang Benda Pusaka/Khazanah Adat Majelis Adat (MAA) Kota Banda Aceh, Hamid kepada media di Banda Aceh beberapa waktu lalu.

Baca juga: Sekaten, Penyebaran Agama Islam Lewat Seni

Sehingga tidak menimbulkan perpecahan di masyarakat karena sudah diselesaikan dengan penyelesaian adat, menurutnya adat sebagai pagar hukum di masyarakat yang sudah dijalankan oleh orang-orang Aceh terdahulu.

Anggota Bidang Benda Pusaka/Khazanah Adat MAA Banda Aceh, Teungku Abdul Samad yang juga aktif melakukan peusijuk di Banda Aceh menuturkan, bahwa pelaksanaan peusijuk juga dapat menyambung ukhuwah islamiah antara sesama saudara dan tetangga di sekeliling rumah.

“Kalau misalnya ada orang yang duduk di rumah baru, biasanya pada saat itu juga di-peusijuk dan diundang saudaranya serta tetangga di sekelilingnya, pada saat inilah terjalin ukhuwah antarsesama para tetangga," kata Samad.

Dalam pelaksanaannya, peusijuk dilakukan dengan menyebut asma-asma Allah seperti diawali dengan membacakan basmalah kemudian salawat dan baru dibacakan doa-doa, doa yang dibaca pun tergantung dengan objek yang akan diPeusijuk.

Baca juga: Makam Sultan Iskandar Muda, Objek Wisata Religi Penuh Sejarah Kegemilangan Aceh

Menurut Samad, orang yang melakukan peusijuk niatnya harus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah dalam bentuk memohon lewat doa-doa yang dibacakan pada saat Peusijuk itu dilakukan.

“Misalnya kita peusijuk kereta (sepeda motor-red) kalau kita berniat terhindar dari berbagai macam kejadian seperti kecelakaan itu niat yang keliru, tetap niat kita sebagai rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah, peusijuk ini adalah adat yang mustajab itu adalah doa-doa yang dibacakannya,” jelas Samad.

Follow Berita Okezone di Google News

Selain itu, dalam praktiknya peralatan Peusijuk juga memiliki makna tersendiri seperti tiga macam daun yang digunakan seperti oen sieneujuk (daun sineujuek) yang mempunyai sifat dingin, oen manek manoe yang bermakna kemakmuran dan naleung (rumput) sambo yang bermakna kekuatan iman yang tidak tergoyahkan oleh suasana apapun.

“Selain tiga daun tersebut peralatan yang digunakan selanjutnya ialah bu leukat (ketan) oe mirah memiliki sifat yang lengket artinya sebagai perekat bagi orang yang di- peusijuk nya dalam ikatan kekeluargaan, kemudian Beras dan Padi adalah tanda kemakmuran serta dapat mengikuti sifat padi yang semakin berisi semakin merunduk, lalu ada Tepung Tawar dan Air yang bersifat menebarkan aroma yang harum,” jelas Samad.

Lukman, anggota Bidang Benda Pusaka/Khazanah Adat MAA Banda Aceh lainnya, menambahkan bahwa peusijuk ini biasanya dilakukan saat pernikahan, naik haji, pergi menuntut ilmu, memperoleh kenikmatan seperti naik pangkat, masuk rumah baru dan membeli kendaraan baru.

“Yang Peusijuk itu bukan sembarang orang artinya orang tersebut harus paham adat dan paham agama, karena jangan sampai hatinya atau niatnya melenceng nanti kalau melenceng itulah tempat masuknya setan,” kata Lukman.

Lukman berharap, agar masyarakat di Banda Aceh terus membudayakan dan memahami masalah Peusijuk ini, karena menurutnya Peusijuk ini adalah adat yang diambil berkahnya dari doa-doa saat dilakukan Peusijuk tersebut.

“MAA juga tidak pernah berhenti melakukan sosialisasi dan memberi pengarahan tentang Peusijuk ini , sebelumnya kita dari Majelis Adat Aceh Kota Banda Aceh sudah memberikan seperangkat alat peusijuk ini kepada 90 gampong (desa) yang ada di Kota Banda Aceh,” ujarnya.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini