COX'S BAZAR - Beberapa pengungsi Rohingya di Bangladesh mulai belajar untuk mendokumentasikan kehidupan mereka di kamp pengungsi dengan mengikuti kursus fotografi.
Omar’s Film School didirikan pada Februari 2020 dengan tujuan melatih para pengungsi muda Rohingya agar mereka dapat memperoleh pekerjaan sebagai fotografer profesional. Selain itu, mereka nantinya diharapkan dapat memberitahu dunia luar mengenai kondisi di kamp pengungsi yang mereka huni.
BACA JUGA: 81 Warga Rohingya Terdampar di Aceh, Petugas Berencana Dorong Kembali ke Laut
"Saya seorang fotografer dan memotret di kamp-kamp pengungsi Rohingya. Saya ingin menjadi fotografer profesional, jadi saya belajar di Omar’s Film School. Dengan foto-foto ini, saya ingin menunjukkan kepada seluruh dunia bagaimana kami hidup di sini, bagaimana orang-orang meninggal akibat kebakaran dan tanah longsor, dan bagaimana anak-anak dididik dan belajar bahasa Arab di sekolah-sekolah di kamp. Kami mengambil semua foto-foto ini,” kata Jamal Arakani, salah seorang peserta yang berusia 22 tahun.
Arakani mengatakan banyak orang asing yang mengunjungi kamp pengungsi tempat tinggalnya dan mereka mendorong pengungsi untuk memotret. Karena membutuhkan foto-foto mengenai kamp tersebut, mereka meminta para pengungsi untuk bekerja bagi mereka.
Mohammed Faruque, instruktur utama di lembaga kursus tersebut, adalah seorang penghubung dan fotografer paruh waktu bagi media asing di kamp-kamp pengungsi di Cox’s Bazar.
BACA JUGA: Setidaknya 15 Tewas, 400 Hilang Akibat Kebakaran di Kamp Pengungsi Rohingya
Ia mendirikan kursus tersebut bersama dengan adiknya, Omar, seorang staf LSM dan jurnalis yang bekerja dengan kantor-kantor berita utama seperti Reuters. Omar meninggal secara tragis pada Mei 2020, dan lembaga kursusnya, yang memberi pelatihan videografi dan fotografi, mengambil nama Omar untuk menghormatinya.
"Kursus film Omar didirikan pada 2020 dengan sejumlah orang muda Rohingya di kamp pengungsi di Bangladesh. Kami ingin memberi pelatihan kepada orang-orang muda Rohingya mengenai video dan fotografi. Kami ingin terus mendokumentasikan kehidupan pengungsi. Sewaktu kami kembali ke Myanmar, kami dapat memperlihatkan kepada generasi mendatang, seperti apa hidup di kamp-kamp pengungsi,” kata Faruque.
Follow Berita Okezone di Google News