Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Anak Masuk dalam Generasi Stroberi, Salah Siapa?

Novie Fauziah, Jurnalis · Senin 28 Agustus 2023 18:56 WIB
https: img.okezone.com content 2023 08 28 620 2872730 anak-masuk-dalam-generasi-stroberi-salah-siapa-YN0suNU9mm.jpg Anak Generasi Stroberi. (Foto: Freepik)
A A A

GENERASI muda saat ini memang disebut lebih sensitif dan cengeng hingga mendapatkan julukan Generasi strawberry . Disebut strawberry, lantaran gampang lembek dan lebih mudah mateng.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan, Generasi Stroberi (Strawberry Generations) merupakan produk yang dibentuk oleh orang tua helikopter. Di mana mereka (orang tua) terlalu ikut campur terhadap masalah serta pencapaian anak-anaknya.

"(Orangtua) terlalu ikut campur dan terlalu melindungi. Bahkan kalau misalkan di di sekolah gitu, ya ada grup orang tua, itu semua acara anak-anak orang tua ikut campur," katanya dalam seminar media bertajuk 'Mendidik Remaja yang Kuat Secara Mental dan Sosial' secara virtual.

Menurut dr. Piprim, fenomena generasi stroberi ini juga berpengaruh terhadap kesiapan mental anak itu sendiri. Di mana dalam hal apapun mereka selalu dalam perlindungan dan dibantu orang tuanya, tanpa bisa memecahkan masalahnya sendiri.

Hal itulah yang menjadikan anak-anak atau remaja generasi stroberi tidak siap terhadap mentalnya. Mereka akan kesulitan menghadapi tantangan hingga risiko yang akan dihadapinya kelak. "Bagaimana anak itu mau mentalnya kuat, ketika semuanya orang tua ikut campur. Nah ini rada-rada ngeri, kenapa orang tua (selalu) ikut campur?" ujarnya.

"Jadi mungkin harus seimbang antara bimbingan dan otonomi," tambahnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Contohnya, orang tua selalu menginginkan anaknya menjadi juara kelas atau unggul di mata pelajaran tertentu di sekolahnya. Tanpa melihat kemampuan dan upaya yang dilakukan dari anaknya itu sendiri.

Sehingga tidak sedikit orang tua menghalalkan segala cara, anak jadi over protektif agar berprestasi. Padahal semua membutuhkan proses, bukan hasil akhir yang diperoleh oleh anak.

Selain itu, lanjut dr. Piprim, terjadi beberapa kasus saat anaknya ditegur oleh gurunya di sekolah, kemudian orang tua murid tidak menerima perlakuan atau teguran tersebut. Sehingga menjadi masalah dan akhirnya anak kesulitan untuk memecahkan permasalahannya sendiri.

"Jangan sampai gini, kalau dulu kan anak nakal gurunya marah anaknya dimarahi orang tua. Sekarang sering tuh karikaturnya, anak nakal dimarahi guru, gurunya dipukul orang tua. Nah ini orang tua helikopter kayak gini," pungkasnya.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini