Kumpulan Berita
Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit 8-11% tahun ini dan 9-12% di 2026. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan langkah-langkah terus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan kredit, terutama pada sektor berorientasi ekspor, transportasi, jasa, dan pertanian.
Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah yang melemah mendekati Rp16.500 per dolar AS. Intervensi dilakukan melalui pasar offshore dan domestik, serta menjaga likuiditas Rupiah. Sentimen negatif dari dalam dan luar negeri menjadi penyebab tekanan Rupiah.
Nilai tukar Rupiah anjlok ke Rp16.499 akibat demo yang memanas dan data ekonomi AS yang kuat. Sentimen negatif dari dalam negeri, seperti korupsi dan ketegangan politik, memperburuk kondisi.
Bank Indonesia memprediksi The Fed akan menurunkan suku bunga acuan dua kali pada semester II-2025, masing-masing 25 basis poin. Penurunan ini didorong oleh tren penurunan inflasi di Amerika Serikat. BI menekankan pentingnya menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global.
Wall Street dibuka melemah karena investor mencermati laporan keuangan emiten ritel AS dan menantikan pertemuan The Fed. Sektor ritel jadi sorotan sebagai barometer daya beli konsumen. Pidato Jerome Powell ditunggu sebagai acuan suku bunga.
Pertumbuhan kredit perbankan melambat menjadi 7,03% pada Juli 2025. Bank Indonesia (BI) menjelaskan kondisi ini terjadi karena permintaan pelaku usaha yang belum kuat dan memilih pembiayaan internal. BI berkomitmen mendorong penyaluran kredit dengan kebijakan makro yang longgar.
Chief Economist Permata Bank Josua Pardede memproyeksikan Bank Sentral AS atau The Fed akan memangkas suku bunganya sebesar 50 basis poin (bps) di sisa akhir tahun 2025.
BI memberikan sinyal kuat adanya ruang bagi penurunan suku bunga acuan (BI-Rate) lebih lanjut di tahun ini, meskipun dengan mempertimbangkan dinamika ekonomi global dan domestik.