Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Pandangan Dokter pada New Normal: Sudah Dimulai dan Terlalu Dini

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Jum'at 22 Mei 2020 18:27 WIB
https: img.okezone.com content 2020 05 22 620 2218197 pandangan-dokter-pada-new-normal-sudah-dimulai-dan-terlalu-dini-ceIFhEXBjk.jpg Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A A A

KATA 'new normal' sering kita dengar atau baca belakangan ini. Sebagian dari kita mungkin mengira new normal juga berarti berakhirnya kasus COVID-19. Tapi, fakta berkata lain.

New normal dimaksudkan agar kita bisa terus melanjutkan hidup dengan beradaptasi di tengah virus yang masih mewabah. Kondisi ini mesti dijalani masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, pemerintah mengharapkan agar masyarakat bisa berdamai dengan virus corona yang mematikan.

Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto, new normal bukanlah bentuk dari sikap menyerah dalam menghadapi COVID-19, tetapi berdamai dan terus menjalani kehidupan.

Baca Juga: Pengusaha: New Normal Ubah Tren Bisnis dan Sosial

"Dalam beberapa hal disebutkan Presiden, inilah cara kita berdamai dengan virus, bukan menyerah. Berdamai bukan menyerah," kata Yuri dalam jumpa pers live streaming di Gedung Graha BNPB, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ya, masyarakat diharapkan bisa berdamai dengan virus yang terus menginfeksi orang-orang dengan imunitas tubuh rendah tersebut. WHO (World Health Organisation) juga menyatakan keberadaan virus corona di tengah masyarakat tak bisa hilang dalam waktu cepat. Ini menuntut kita untuk bisa hidup bersama COVID-19.

Lantas, kapan sebetulnya new normal dilakukan? Apakah benar-benar menunggu sampai angka konfirmasi positif COVID-19 menurun?

Follow Berita Okezone di Google News

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Indah Fitriani, SpPD menjelaskan, new normal yang dikatakan pemerintah sejatinya sudah dimulai. Buktinya bisa dilihat dari adanya momen kerumunan yang kerap kita lihat di media sosial.

"New normal mulai kapan? Sudah mulai, ya. Walaupun belum resmi sekolah dibuka, kantor dibuka, atau tempat wisata dibuka. Tapi dengan sudah mulai adanya kerumunan, sama juga kita sudah memulai new normal," katanya pada Okezone melalui pesan singkat, Jumat (22/5/2020).

Namun sayang, jika dilihat dari kacamata kesehatan dan melihat kasus COVID-19 secara global, kondisi new normal yang sudah dimulai ini, menurut dr. Indah terlalu cepat. Jika mengacu pada jumlah kasus saja, angka kasus baru belum landai.

Baca Juga: Menko Luhut Kita Harus Siap dengan New Normal

"Kasus baru COVID-19 di Indonesia maupun dunia itu masih memperlihatkan angka yang naik, belum landai. Apalagi di Indonesia, yang pada 21 Mei 2020 terjadi rekor kenaikan kasus tertinggi," terangnya.

Mengacu pada data WHO, secara global kasus COVID-19 per 21 Mei 2020, kenaikan kasus di Amerika (60.333), Afrika (2.391), Eropa (17.811), Asia Tenggara (8.014), Mediterania Timur (14.477), dan Pasifik Barat (955). Data ini memperlihatkan masih adanya angka penambahan kasus COVID-19 setiap harinya.

Lalu, apa yang akan terjadi jika new normal ini benar sudah berlangsung di Indonesia? Dokter Indah menjelaskan, risikonya tentu kenaikan kasus yang akan terus terjadi, bahkan bisa melonjak tinggi sewaktu-waktu. "Ya, dan angkanya akan lebih banyak daripada kemarin yang sudah jadi rekor itu," ungkapnya.

Sementara itu, dr. Indah tak menutup mata bahwa salah satu alasan sudah dijalankannya new normal adalah karena alasan ekonomi. Sebab, roda kehidupan harus terus berjalan dan ekonomi ada di dalam unsur kehidupan itu sendiri.

"Ada pertimbangan lain ketika new normal ini harus direalisasikan, dari sisi ekonomi terutama. Jadi mau nggak mau new normal harus dimulai," paparnya.

Situasi new normal harus dihadapi. Ingat apa kata pemerintah, masyarakat harus berdamai dengan virus corona, masyarakat harus bisa hidup berdampingan dengan virus corona. Sudah siapkah Anda?

Lalu, apa yang akan terjadi jika new normal ini benar sudah berlangsung di Indonesia? Dokter Indah menjelaskan, risikonya tentu kenaikan kasus yang akan terus terjadi, bahkan bisa melonjak tinggi sewaktu-waktu. "Ya, dan angkanya akan lebih banyak daripada kemarin yang sudah jadi rekor itu," ungkapnya.

Sementara itu, dr. Indah tak menutup mata bahwa salah satu alasan sudah dijalankannya new normal adalah karena alasan ekonomi. Sebab, roda kehidupan harus terus berjalan dan ekonomi ada di dalam unsur kehidupan itu sendiri.

Pandemi Corona Layanan Zakat Drive Thru Diterapkan

"Ada pertimbangan lain ketika new normal ini harus direalisasikan, dari sisi ekonomi terutama. Jadi mau nggak mau new normal harus dimulai," paparnya.

Situasi new normal harus dihadapi. Ingat apa kata pemerintah, masyarakat harus berdamai dengan virus corona, masyarakat harus bisa hidup berdampingan dengan virus corona. Sudah siapkah Anda?

1
4

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini