Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Viral Load, Benarkah Makin Banyak Virus Masuk Ke Tubuh, Covid-19 Semakin Berbahaya?

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Selasa 14 Juli 2020 07:14 WIB
https: img.okezone.com content 2020 07 13 620 2245887 viral-load-benarkah-makin-banyak-virus-masuk-ke-tubuh-covid-19-semakin-berbahaya-mNej1Bc6nw.jpg Ilustrasi. (Freepik)
A A A

SEBUAH pesan berantai menyebar di WhatsApp. Isinya berisi tentang keparahan pasien Covid-19 karena jumlah virus SARS-CoV2 yang ada di tubuhnya.

Ya, ketika seseorang terpapar virus corona dalam jumlah banyak, maka level kesakitannya semakin parah. Jadi, penting bagi masyarakat untuk bukan hanya fokus pada menjaga imunitas tubuh, tapi memperhatikan paparan virus.

Dalam pesan berantai itu, pesan tersebut disampaikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Nikolas Wanahita, MD, MHA, FACC, FSCAI. Dokter ini pun menjelaskan lebih jelas mengenai teorinya tersebut. Berikut isi pesannya:

Ini ada penjelasan yang simple dan jelas banget buat kita orang-orang awam.

Banyk orang pikir yang penting immune system harus dijaga sudah cukup. Tapi, mereka tidak ngerti ada yang namanya Viral Load. Jika kita ke tempat-tempay yang viral load-nya tinggi sebagus apapun daya tahan tubuh kita enggak akan sanggup memerangi virus tersebut.

Dr Nikolas Wanahita adalah cardiologist keluarga kita di Singapura.

Dr Nikolas Wanahita, MD, MHA, FACC, FSCAI Internist; General and Interventional Cardiologist, Mount Elizabeth Novena Hospital - Specialist Centre 38 Irrawaddy Road, #05-45, Singapore 329563

Informasi penjelasan ilmiah mengenai Pandemic Covid-19, by Dr. Nikolas Wanahita.

Tidak terasa sudah 7 bulan sejak Pandemic Covid-19. Saya banyak menerima pertanyaan dari kolega, pasien, keluarga atau teman-teman mengenai virus ini. Saya akan membahas dan menjawab dengan point-point seperti di bawah ini.

Baca Juga: Nekat Pasang Tarif Rapid Test di Atas Rp150 Ribu, Apakah RS Bakal Kena Sanksi?

Topik : Important Awareness Of “VIRAL LOAD”.

A. Mengapa ada orang yang terinfeksi tapi tidak timbul gejala, tapi ada pasien sehat terjangkit virus kemudian meninggal dunia?

Di dunia kedokteran ada yang disebut dengan “viral load”. Viral load adalah jumlah kuantitatif partikel virus yang masuk ke sistem tubuh. Menurut penelitian ilmiah, viral load ini adalah “key factor/faktor penting” yang menentukan ringan atau beratnya infeksi dari Covid-19. Sebelum saya lanjutkan, saya ingin menegaskan bahwa tidak ada obat-obat yang bisa menyembuhkan VIRUS. Hanya imunitas badan yang bisa melawan dan memberantas virus dari sistem tubuh.

Golongan pasien dengan imunitas rendah adalah mereka dengan kondisi pre-morbid; contohnya penderita hipertensi/darah tinggi,

diabetes, pasien yang sudah pernah transplantasi organ, penderita HIV/AIDS, lanjut usia, atau penyakit kronis lainnya.

B. Mengapa banyak penderita berusia muda dan sehat seperti dokter pertama di Wuhan akhirnya terkapar parah di ICU dan meninggal? Demikian juga banyak dokter-dokter muda di Italy, US, Indonesia yang meninggal. Imunitas mereka harusnya bagus.

Ini karena selain daripada imunitas, “faktor viral load” ini sangat penting dalam menentukan infeksi ringan atau berat.

Skenario A : Pak Fery dan Pak David bertemu di restoran tanpa masker dan duduk berdekatan. Pak Fery ternyata mempunyai virus Covid-19, jumlah transmisi viral load yang masuk ke badan Pak David sangat tinggi.

Skenario B: Pak Fery dan Pak David bertemu di restoran akan tetapi mereka menjaga jarak sedikitnya 1 meter, dan menggunakan masker. Dengan skenario sama, Pak Fery mempunyai virus di badan, viral load yang masuk ke badan Pak David jumlahnya jauh lebih sedikit. Maka dari itu, sangat penting untuk dokter, perawat, dan seluruh personel yang menangani virus Covid-19 untuk menggunakan APD lengkap mulai dari masker N95, goggle plastic, face shield dan baju. Semakin banyak penderita virus ini dengan jarak berdekatan, viral load akan semakin tinggi.

C. Jadi apakah berbeda apabila jumlah virus yang masuk banyak atau sedikit?

Setelah virus masuk ke tubuh kita, virus akan mengambilalih fungsi sel tubuh kita untuk berkembang biak atau replikasi. Tetapi imunitas badan kita akan mengenali virus asing di tubuh dan dengan cepat mengeluarkan “innate immune response/immunitas fase 1” (Tubuh mengeluarkan protein2 seperti cytokine dan interferon untuk melawan virus asing.).Saat ini terjadilah ‘perang’ antara imunitas tubuh kita dan virus. Seperti yang terjadi di pertempuran, siapa yg bisa mengumpulkan ‘pasukan’ secara cepat dan banyak akan menang.

Baca Juga: Adaptasi Kebiasaan Baru, Ini Protokol Kesehatan yang Harus Dipatuhi di Hotel

Kalau viral load yang masuk jumlahnya sangat banyak, sistem imunitas kita akan menjadi “overwhelmed/kewalahan” karena virus sangat cepat berkembang.

Jika ini terjadi, virus ini kemudian akan turun dari hidung dan tenggorokan kita untuk menyerang sel di paru-paru, dan kemudian menyebabkan infeksi paru-paru berat.

Lebih buruk lagi, kalau viral load ini sangat tinggi, sistem imunitas bukan hanya kalah tapi mereka akan berantakan dan memproduksi reaksi imunitas berlebihan. Ini disebut “cytokine storm”, artinya imunitas berbalik menyerang tubuh, organ-organ, lalu terjadi shock dan kematian dapat terjadi cepat.

Jika viral load yang masuk ke badan berjumlah sedikit, maka kemungkinan untuk “menang perang” tinggi.

Dengan imunitas fase 1 mereka bisa mengontrol jumlah virus. Setelah itu badan kita belajar mengeluarkan “acquired immune response/imunitas fase 2” (Tubuh mengeluarkan B-cell and T-cell) yang spesifik untuk melawan virus. Sel-sel tubuh yang dikeluarkan oleh imunitas fase 2 lebih kuat/efektif dibandingkan dengan immunitas fase 1.

Jika imunitas fase 2 sudah jadi di badan kita, secara teori tubuh kita sudah bisa melawan dan membunuh virus. Badan kita sudah “mengenal” virus ini, apabila virus ini masuk ke badan kedua kali, imunitas ini sudah siap tempur untuk melawan. Vaksin yang saat ini sedang diperkembangkan dan ditest untuk melawan Covid-19 mengandung imunitas fase 2.

Saya tekankan di sini untuk jangan mencoba ‘menginfeksikan diri’ dengan virus Covid-19 karena ini sangat berbahaya. 

Catatan terpenting dari penjelasan di atas:

1) Viral load sangat menentukan pasien akan terinfeksi ringan atau sakit berat.

2) Tips untuk mengurangi Viral Load: Masker, Cuci tangan, dan Jaga jarak.

3) Bahwa ‘new normal’ adalah juga ‘good normal’.

4) Jaga Kesehatan dan Imunitas Anda dengan hidup dispilin.

Semoga penjelasan di atas bisa membantu semua untuk lebih aware. Terima kasih dan Sehat selalu.

Nikolas Wanahita, MD,MHA,FACC,FSCAI Internist; General and Interventional Cardiologist Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapore.

Follow Berita Okezone di Google News

Secara terpisah, Okezone coba menanyakan kebenaran pesan tersebut pada Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Indah Fitriani, SpPD, dan menurutnya, kasus Covid-19 tak bisa menggunakan teori viral load tersebut.

"Sebenarnya masalah viral load ini masih hangat jadi perbincangan di kalangan kami. Untuk kasus Covid-19, tingginya viral load ternyata tidak otomatis sejalan dengan tingkat keparahan penyakitnya. Di China memang ada penelitian yg membuktikan begitu, viral load tinggi, penyakitnya berat. Tapi di negara lain ternyata tidak berbanding lurus korelasinya," papar dr Indah saat diwawancarai Okezone, Senin (13/7/2020).

Baca Juga: Sekolah Mulai Kembali, PMI Ingatkan Jangan Sampai Jadi Kluster Baru

"Masih ada faktor X yang sampai sekarang masih terus diteliti. Jadi, bisa dibilang viral load atau jumlah virus dalam tubuh pasien Covid-19 tak bisa menentukan keparahan kondisi kesehatan pasien," tegasnya.

Dokter Indah menerangkan, viral load itu terbukti benar pada kasus MERS ataupun SARS. Tapi, sekali lagi, kalau untuk Covid-19, masih perlu penelitian lebih lanjut.

"Kalau untuk MERS dan SARS, iya memang terbukti begitu. Viral load tinggi maka derajat keparahan penyakit tinggi. Tapi untuk Covid-19, masih debatable sampai sekarang," sambung dia.

Sekolah Mulai Kembali, PMI Ingatkan Jangan Sampai Jadi Kluster Baru

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini