PENELITIAN mengenai Covid-19 terus berkembang. Bukan hanya soal vaksin, perawatan penyembuhan pasien pun mengalami kemajuan. Salah satunya temuan terbaru mengenai akupuntur.
Ya, peneliti Harvard Medical School menemukan fakta baru bahwa akupuntur mampu meredakan peradangan pada subjek penelitian tikus. Praktik tradisional asal China ini terbukti meningkatkan kemampuan tikus melawan badai sitokin.
Badai sitokin merupakan gejala yang terjadi ketika tubuh diserang virus infeksi. Badai sitokin dapat dikenal juga sebagai respons kekebalan yang terlalu agresif yang banyak ditemukan pada pasien infeksi paru-paru, pneumonia, dan Covid-19.
Menurut laporan New York Post, sejumlah obat saat ini sedang diuji untuk menurunkan reaksi infeksi virus SARS-CoV2 yang mematikan. Di sisi lain, praktik akupuntur bisa menjadi alternatif lain yang bisa dilakukan tenaga kesehatan untuk menurunkan risiko kematian pada pasien Covid-19.
Baca Juga: Jalan Panjang Uji Klinis Obat Covid-19 Buatan Unair
Dalam penelitian yang diterbitkan di Journal Neuron, menjelaskan cukup detail bagaimana dampak buruk badai sitokin pada kasus kematian pasien Covid-19. Dikatakan, badai sitokin telah mendapat perhatian utama sebagai komplikasi Covid-19 yang parah.
"Namun, reaksi kekebalan yang menyimpang (badai sitokin) ini dapat terjadi dalam kondisi infeksi apapun, bukan hanya pada kasus Covid-19. Badai sitokin juga sudah sejak lama dikenal oleh dokter sebagai ciri sepsis, kerusakan organ, yang seringkali berakibat fatal pada respons inflamasi infeksi tubuh," tulis studi tersebut.
Pada penelitian ini, tikus yang mengalami badai sitokin memiliki peluang bertahan hidup 40% lebih besar saat diobati dengan elektroakupuntur. Selain itu, akupuntur juga bekerja dengan baik sebagai praktik pencegahan.
Follow Berita Okezone di Google News