Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Memahami Riwayat Ulama Terdahulu Membuat Kita Lebih Toleran

Minggu 23 Agustus 2020 18:42 WIB
https: img.okezone.com content 2020 08 23 620 2266189 memahami-riwayat-ulama-terdahulu-membuat-kita-lebih-toleran-u3OItdlZQ9.JPG Ketua MUI Sulsel, KH Abdul Rahim Yunus (Foto: website MUI)
A A A

MEMPELAJARI kisah hidup ulama sangat penting untuk memupuk toleransi antar manusia. Demikian disampaikan Ketua MUI Sulawesi Selatan, KH Abdul Rahim Yunus. Menurutnya, akan sulit memahami agama secara utuh bila tidak memahami riwayat para ulama.

“Rasulullah memang contoh yang baik, bagaimana kita bisa mencontoh kalau kita tidak tahu riwayatnya, tidak gali sejarahnya, dan yang mewarisi sejarah mereka adalah ulama, al ulama warasatul anbiya, bagaimana kita bisa tahu agama ini kalau kita tidak paham mereka,” katanya saat membuka Webinar Internasional Ketajaman Mata Pena Syekh Yusuf Al-Makassary Tajul Khalwaty, dikutip dari laman resmi MUI, Minggu (23/8/2020).

Menurutnya, bagian penting dari mempelajari agama adalah sejarah, termasuk sejarah ulama terdahulu. Pemahaman terhadap riwayat ulama itu yang pada akhirnya membuat seorang semakin bijak dalam melihat perbedaan pendapat para ulama

“Kita bisa saling menghormati kalau memahami perbedaan, kalau kemudian tidak memahami sejarah perbedaan, lalu timbul paham yang ekstrem, hanya menganggap dirinya sendiri yang paling benar sementara yang paling tidak, akan timbul ketidakharmonisan dalam perbedaan itu,” terangnya.

Dalam Webinar yang dilaksanakan Komisi Infokom MUI Sulsel itu, lebih lanjut dia mencontohkan bahwa banyak yang bermazhab Syafii di Indonesia disebabkan ulama yang membawa bermazhab Syafii.

Itu pula yang terjadi di Afrika Utara mengapa di sana banyak yang bermazhab Maliki maupun di Asia Tengah yang bermazhab Hambali.

Selain penyebaran ulama itu, sejarah profil ulama juga perlu dipahami. Misalnya Imam Syafi’i yang berguru kepada Imam Maliki dan Abu Hanifah.

Follow Berita Okezone di Google News

Sementara Imam Ahmad berguru kepada Imam Syafi’i. Sedangkan Imam Abu Hanifah berguru kepada Imam Ja’fat Ash-Shidiq.

“Seperti itu penting sekali kita paham sejarah ini untuk memahami jalan pikiran orang-orang yang diikuti oleh orang lain yang juga kita ikuti, kalau kita paham sejarah mereka ini, kita bisa memahami bahwa perbedaan mereka itu adalah hal-hal yang wajar saja, tidak perlu saling menyalahkan atau saling menyesatkan dan mengkafirkan,” terangnya.

1
2

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini