Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Pakar Linguistik Forensik Komentari 'Anjay' Lutfi Agizal: Tak Perlu Dirisaukan!

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Kamis 03 September 2020 19:14 WIB
https: img.okezone.com content 2020 09 03 620 2272243 pakar-linguistik-forensik-komentari-anjay-lutfi-agizal-tak-perlu-dirisaukan-G8rB52uclT.jpg Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A A A

Lutfi Agizal menutup kasus 'Anjay'. Keputusan itu dia ambil karena muncul pro-kontra terkait keresahannya tersebut. Selebgram tersebut pun meminta maaf kepada publik.

"Karena banyaknya pro dan kontra yang dapat menjadikan sebuah gesekan-gesekan, saya ingin menyudahi pembahasan kata anjay di konten YouTube saya," kata Lutfi seperti dikutip dari YouTube pribadinya.

Dia pun menjelaskan alasan awal mula mengangkat keresahannya pada penggunaan kata 'anjay' tersebut ke ranah yang lebih serius karena dikhawatirkan kata 'anjay' merusak moral generasi muda Indonesia. Luthfi Agizal pun sampai meminta dukungan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan berhasil mendapat perhatian.

Ya, KPAI satu pemikiran dengan Luthfi. Maka, lembaga tersebut sempat meminta agar pemerintah melarang penggunaan kata 'anjay' di kehidupan sehari-hari. Keputusan KPAI pun menuai polemik tersendiri di masyarakat.

Baca Juga: Fenomena Kata 'Anjay' karena Sifat Bahasa Dinamis

Terlepas dari itu, Okezone coba mewawancarai Ahli Linguistik Forensik Prof Mahsun, M.S., untuk mendengar opini mengenai kasus 'anjay' Luthfi Agizal tersebut. Dia mengatakan, sebaiknya kasus tersebut tidak usah dirisaukan.

Landasan berpikirnya cukup jelas, menurut Prof Mahsun, yang namanya kata, kalimat, atau bahasa itu sesuatu yang tumbuh dan berkembang sebagaimana si penuturnya tumbuh dan berkembang. Jadi, akan ada masanya juga kata, kalimat, atau bahasa itu akan punah.

"Karakter bahasa itu lahir, tumbuh, berkembang, dan punah. Banyak kata yang akhirnya punah, sebut saja bahasa Jawa Kuno, Ibrani, ini semua punah," tuturnya. Nah, kata 'anjay' yang sepertinya dipermasalahkan sekarang itu pun memiliki karakter yang sama.

"Buat saya, itu bahasa slang, bahasa alay saja. Jenis bahasa ini memang akan muncul bersamaan dengan berjalannya kehidupan. Bahasa itu adalah identitas kelompok tertentu di masyarakat, yang nantinya juga akan punah. Jadi, tidak usah dirisaukan," papar Guru Besar Bidang Linguistik Forensik Universitas Mataram itu.

Follow Berita Okezone di Google News

Menjadi polemik ketika kata 'anjay' ini dianggap bernada negatif. Padahal, sambung Prof Mahsun, jika dinilai memiliki makna negatif, harus dilihat dulu penggunaannya di mana, oleh siapa, dan kapan. "Harus dilihat konteks kalimatnya disampaikan pada waktu kapan, oleh siapa, dan di mana," ujar Prof Mahsun.

Salah satu contoh yang sangat jelas bisa terlihat pada penggunaan kata 'Jancuk' oleh sebagian besar masyarakat Surabaya, Jawa Timur. Jika melihat hanya dari definisi, kata tersebut memang negatif, tapi bagi masyarakat Surabaya, kata tersebut bukan hal tabu untuk dikatakan dan begitu santai diucapkan di tongkrongan atau di kalangan anak muda.

"Hayo, bagaimana dengan kata 'Jancuk' atau 'Cuk' yang banyak diselipkan masyarakat Surabaya saat berkomunikasi? Positif atau negatif makna dari suatu kata itu tergantung pemakaian kata tersebut," tegas Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Periode 2012-2015 tersebut.

Baca Juga: Lutfi Agizal Akhirnya Minta Maaf dan Berhenti Bahas Istilah Anjay

Kembali ke persoalan 'anjay', kata tersebut jika ditelaah, biasa diucapkan oleh anak muda dan itu mereka anggap sebagai identitas kelompoknya. "Jadi, ya, biarkan saja. Itu cara mereka berkomunikasi dengan kelompoknya," kata Prof Mahsun.

"Sama halnya dengan pengalaman kecil saya di Sumbawa. Dulu, saat masih kecil, anak-anak di sana membuat kata baru dari kata dasar bahasa Indonesia yang sudah ada. Jadi, kalau mau bilang makan, maka kami mengucapkannya menjadi ma-da-ka-dan (dibaca: madakadan). Itu tuh penanda identitas saja, sekali lagi, tergantung siapa pemakainya," tambah Prof Mahsun.

Prof Mahsun pun menekankan agar masyarakat tidak usah risau dengan terciptanya kata 'anjay' yang diresahkan Luthfi Agizal. Sekali lagi, suatu kata akan punah dengan sendirinya dan sementara itu masih ada, maka menjadi identitas dari kelompok tertentu di masyarakat.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini