Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Menerka Masa Depan Industri Fashion, Bertahankah di Era Digital?

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Sabtu 19 September 2020 12:50 WIB
https: img.okezone.com content 2020 09 19 620 2280409 menerka-masa-depan-industri-fashion-bertahankah-di-era-digital-o0Dp89L4Oc.jpg Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A A A

Kembali lagi, fesyen mewah adalah industri yang boros dan enggan berubah. Padahal, andai kita bisa mensimplifikasi koleksi musiman yang seakan ada selusin setahun itu, sampah tekstil yang dihasilkan akan jauh lebih efektif dibanding sekadar mendaur ulang bahan, layaknya yang dilakukan Gabriela Hearst.

Toh, semua produksi berlebih tidak akan didiskon dan kebanyakan segera dimusnahkan di era ekonomi lesu seperti saat ini. Sekarang, dengan musim yang terus berjalan, entah resort, pre-fall, fall/winter, couture, dan lain sebagainya sementara konsumsi barang mewah terus merosot, ke mana sisa-sisa koleksi akan dibawa?

Industri fesyen mewah, layaknya industri otomotif kaliber tinggi, tak akan benar-benar bisa mengandalkan e-commerce yang masif sebagai pengganti kampanye offline. Toh, selama berdekade-dekade mereka memang kekeuh menjual pengalaman eksklusif yang tidak bisa, bahkan tidak boleh, dirasakan semua orang.

Akrobat digital mereka belakangan ini bukan hanya terlambat, namun juga tidak tepat sasaran. Buzz digital tidak dapat menjamin ukuran pasar yang akan membelinya. Menonton video kampanye digital yang membosankan selama 15 menit di layar ponsel jauh lebih tidak menarik ketimbang menghadiri sebuah fashion show.

Setidaknya, terdapat eksklusivitas dan nilai sosial dari menghadiri event yang dapat menjustifikasi strata sosialnya kepada khalayak.

Eksklusivitas itu kemudian dikuatkan dengan peran endorsement di karpet merah acara-acara akbar, yang tahun ini juga lesu. Tak semua brand bisa bekerja seperti Hermes, misalnya, yang memang tidak mengandalkan endorsement dalam memasarkan produknya.

digital fashion

Kembali lagi, buzz yang diperoleh endorsement digital pun tidak bisa menjamin dongkrakan penjualan sebab pasar mereka masih amat bergantung kepada pergaulan konservatif kalangan elite, baik tua maupun muda.

Kalaupun fesyen ingin serius membuat gebrakan di era digital, ia mesti mampu menawarkan pengalaman yang sama edgy dan eksklusifnya dengan menonton langsung fashion show atau menghadiri pesta preview koleksi.

Ia juga mesti bergeser dari glamoritas tak berdasar menjadi industri yang sensitif atas isu-isu global maupun regional serta menetapkan sistem produksi yang efisien seperti mengurangi musim dan mengedepankan koleksi kapsul, akuisisi label, dan mendefinisi ulang kemewahan dari penjamin status sosial ke arah investasi yang berkepanjangan.

Di antara berjibun label dan koleksi yang terus-menerus diperbarui, kita tidak benar-benar butuh fashion item terbaru yang sudah direkonstruksi berulang-ulang. Kita ingin mengetahui apakah kita telah mengeluarkan uang kita untuk yang terbaik dari berbagai aspek yang tak hanya terbatas pada labelnya saja. Suka atau tidak, inilah masa depan industri luxury.

Follow Berita Okezone di Google News

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini