JAKARTA - Industri minyak dan gas bumi (Migas) menghadapi tantangan berat akibat penyebaran wabah Covid-19, penurunan harga minyak sejak awal 2020 dan penurunan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) secara global. Hal ini mempengaruhi aktivitas produksi, baik penundaan atau pembatalan proyek-proyek (belanja modal/capex), dan eksplorasi.
General Manager PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) Agus Amperianto mengaku tantangan industri migas saat ini sangat berat. Manajemen dan pekerja PHM harus optimistis bahwa dengan kerja keras, cost effective, serta team work yang mengedepankan aspek HSSE, masih ada harapan meningkatkan produksi dan cadangan.
Baca Juga: Lifting Migas Capai Target, Negara Bisa Raup USD6,74 Miliar
“Kami akan fokus pada target perusahaan dengan zero LTI (loss time incident ) dan memitigasi semua potensi hazard di area operasi sesuai,” ujar Agus, dalam keterangannya, di Jakarta, Selasa (6/10/2020).
Menghadapi tantangan yang tak mudah saat ini, unit bisnis PT Pertamina Hulu Indonesia ini menyiapkan strategi jangka pendek hingga akhir 2020 dan jangka menengah (2021-2024). Strategi tersebut adalah financial commercial dan portfolio dengan dengan cara cost efficiency peningkatan ekspor LNG dan sinergi dengan kilang pengolahan (refinery unit) untuk mengurangi impor LPG. Di luar itu, Agus juga menyiapkan skenario peningkatan keekonomian blok.
Baca Juga: 2.030 Pekerja Migas Positif Covid-19, 9 Meninggal Dunia
Strategi berikutnya adalah resources dan reserve management. Strategi peningkatan cadangan dan sumber daya dilakukan dengan cara meningkatkan Reserve Replacement Ratio (RRR) dan memperpanjang Reserve to Production (R to P). Dalam jangka panjang PHM juga menyiapkan pembentukan subsurface portfolio.
“Skenario itu dilakukan melalui Operation Excellence dengan prinsip On Target on Budget On Schedule On Return (OTOBOSOR),” ujarnya.
Follow Berita Okezone di Google News