Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Harapan Baru Pariwisata Indonesia di Tengah Corona

Antara, Jurnalis · Selasa 10 November 2020 00:38 WIB
https: img.okezone.com content 2020 11 09 620 2306836 harapan-baru-pariwisata-indonesia-di-tengah-corona-9wmnQYutKB.jpg Pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah, NTB (Antara/Harviyan)
A A A

Corporate Communication Martha Tilaar Group, Palupi Candra menuturkan, keterampilan memijat yang diajarkan antara lain mencakup teknik massage yang benar, pengenalan fisiologi dan anatomi tubuh serta pemahaman tentang hospitality.

"Belum banyak yang paham, tetapi teknik massage itu ada ilmunya, harus ada pengetahuan dasar mengenai anatomi dan fisiologi tubuh. Massage tidak sembarang pijit, ada alur otot yang harus mereka sentuh," tutur dia.

"Teman-teman (di desa) sangat antusias. massage tidak sembarang pijit, ada alur otot yag harus mereka sentuh, antuasiame semakin kuat mengingat ini jadi potensi desa wisata," imbuh Palupi.

Tak hanya soal massage, warga desa juga menerima edukasi cara memanfaatkan lahan-lahan kosong menjadi kebun herbal yang nantinya bisa menambah penghasilan keluarga sekaligus meningkatkan kreativitas mereka menciptakan produk dari tanaman herbal yang ditanam.

Di masa pandemi COVID-19, kebun herbal ini bisa juga menjadi daya tarik dengan produk berupa minuman kesehatan yang bisa menambah sistem imun tubuh.

Sementara itu, di Desa Sembalun pemberdayaan dilakukan menyasar potensi hasil alam di sana yakni kopi. Anomali Group berkesempatan memberikan pemahaman pada warga setempat membudidayakan kopi dan siap menjadi pembeli jika produksi sesuai standar perusahaan.

Perwakilan dari Anomali Coffee Shop, Ryo Limijaya mengatakan perusahaan tempatnya bekerja siap terus memberikan umpan balik jika nantinya belum memenuhi standar.

Selain budidaya, mereka juga memberikan pelatihan khusus termasuk mengundang warga desa terpilih ke Jakarta untuk belajar menjalankan bisnis coffee shop atau menjadi trainer yang bisa menularkan ilmunya pada rekan mereka di desa berbeda.

“Hasilnya, ada yang buka coffee shop dan berjalan, ada juga yang malah enggak mau membuka coffee shop tetapi menjadi trainner dan terinspirasi memiliki sekolah (pelatihan) ke sekitaran Lombok. Ini story yang luar biasa,” kata Ryo.

Dia mengatakan, di masa pandemi Covid-19, bisnis warung kopi seharusnya bisa tetap berjalan di desa, asalkan pelaku usaha di sana mampu memahami siapa pembeli lokal, bagaimana agar orang-orang yang wilayah tinggalnya dekat dengan lokasi usaha bisa membeli produk dan tentu saja di masa dunia menjadi tanpa batas seperti saat ini, digitalisasi usaha tak bisa dikesampingkan. Berjualan memanfaatkan platform digital juga perlu dilakukan.

Follow Berita Okezone di Google News

(sal)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini