PANDEMI Covid-19 menyoroti status gizi orangtua dan anak, khususnya pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Banyak riset menarik yang akhirnya memengaruhi status gizi mereka.
Misalnya riset Save The Children dan Nutrition International menyebutkan bahwa banyak remaja dan anggota di rumah tangga, juga ibu hamil, tingkat konsumsi protein hewani lebih rendah. Mereka cenderung lebih banyak konsumsi karbohidrat, yang bisa mengganggu kesehatan.
"Selama periode pandemi 2020, mereka konsumsi lebih banyak karbohidrat dan protein hewani sangat rendah sekali. Padahal di 1.000 HPK krusial banget untuk makan protein dan makanan bersumber zat besi," tutur Health and Nutrition Technical Advisor Save The Children dr Wahdini Hakim saat webinar, baru-baru ini.
Baca Juga: 3 Cara Ampuh Redakan Demam, Bisa Dipraktikkan ke Anak-Anak Lho
Contoh kasus, saat anak diberi uang jajan, mereka selalu membeli makanan tinggi gula garam dan lemak (GGL). Misalnya mereka suka membeli gorengan, makanan berpemanis atau makanan instan.
"Ini banyak terjadi terutama di daerah Jawa. Sebenernya yang unik di keluarga, peran ibu menjadi pengelola uang untuk belanja rumah tangga dan perspektifnya selalu salah kaprah," ungkapnya.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 30,8%. Dibandingkan dengan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), angka stunting berhasil ditekan 3,1% dalam dua tahun terakhir.
Dari data tersebut, angka stunting dapat terus turun 3 persen setiap tahun. Sehingga target 19% pada tahun 2024 dapat tercapai.
Data SSGBI 2019 menunjukkan penurunan underweight, wasting dan stunting jika dibandingkan dengan Riskesdas 2018. Underweight turun 1,5% menjadi 16,29%, Wasting turun 2,8% menjadi 7,44%.
Follow Berita Okezone di Google News