MUTASI virus Covid-19 memang menimbulkan banyak kekhawatiran, apalagi mutasi virus tersebut membuat efektivitas vaksin menurun. Oleh karena itu, beberapa negara pun memutuskan untuk memberikan dosis tambahan atau booster pada warganya.
Tapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melihat adanya potensi mutasi virus Covid-19 yang lebih parah di negara-negara minim vaksin, jika masyarakat di negara tersebut banyak yang tidak mendapatkan vaksin.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta moratorium dua bulan pada suntikan penguat Covid-19 karena banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah masih berjuang untuk menyediakan vaksin yang cukup untuk warganya.
Mengutip Thehill seperti dilaporkan oleh Associated Press, Kepala WHO berpendapat bahwa tidak meratanya vaksin akan memicu risiko munculnya varian Covid-19 yang lebih menular. Ini bukan pertama kalinya WHO meminta negara-negara tersebut menunda vaksin booster.
Pada awal bulan ini, statement yang sama juga dikeluarkan oleh WHO dengan alasan bahwa belum dapat dibuktikan apakah suntikan booster lebih efektif dalam mencegah penularan Covid-19 daripada hanya dua suntikan.
Pakar kesehatan pun telah memperingatkan bahwa selama populasi besar orang tetap tidak divaksinasi, risiko varian Covid-19 yang lebih menular seperti varian delta akan muncul.
“Virus akan mendapat kesempatan untuk beredar di negara-negara dengan cakupan vaksinasi rendah, dan varian delta bisa berkembang menjadi lebih ganas, dan pada saat yang sama juga bisa muncul varian yang lebih kuat,” kata Ghebreyesus.
Memang, sejumlah ahli telah memperingatkan bahwa varian super dari virus Covid-19 dapat muncul dan menginfeksi umat manusia pada tahun depan. Diprediksi, masyarakat yang enggan divaksin Covid-19 berpotensi menjadi penular dari virus tersebut.
Follow Berita Okezone di Google News