JAKARTA - International Finance Corporation menunjukkan data bahwa 80% dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dimiliki perempuan, memiliki kebutuhan kredit dan tidak terlayani atau kurang terlayani dengan baik. Hal ini menyebabkan ketimpangan pendanaan yang berjumlah hingga miliaran dolar.
Salah Satu Pelaku Usaha Perempuan, Nur Saswati merasakan getir ketika berhadapan dengan pihak perbankan. Pelaku UMKM Keripik Singkong ini dianggap sebelah mata ketika hendak mengajukan kredit untuk usaha kripik singkongnya. Persoalannya karena Nur seorang perempuan.
"Karena saya perempuan, pihak bank meminta saya untuk izin kepada suami dalam bentuk tanda tangan. Kita tidak bisa langsung meminta pinjaman," kata Nur dalam acara webinar Literasi Digital Kominfo, Selasa (12/10/2021).
Baca Juga: 30 Ribu Pelaku UMKM Ditargetkan Go Digital pada 2024
Meski begitu, pada akhirnya Nur mendapatkan pinjaman dari bank untuk usaha keripik singkongnya. Namun, dia berharap, ke depan perbankan atau layanan pinjaman lainnya dapat memberikan kemudahan bagi UMKM perempuan.
Pasalnya, kenyataannya kaum perempuan mampu membantu perekonomian keluarga dan menambah lapangan pekerjaan.
Baca Juga: OJK Libatkan Fintech hingga Securities Crowdfunding Modali UMKM
Sesuai data PBB dan WHO, dibandingkan laki-laki, perempuan hidup lebih lama dan mendapatkan pendidikan lebih banyak. Dengan kata lain, kaum perempuan merupakan calon yang menarik untuk layanan keuangan.
Sementara itu, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nur Komaria mengatakan, sampai saat ini UMKM selalu menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Terutama dalam penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi.
Bisanya, kata Nur, pelaku UMKM perempuan memilih bidang usaha fesyen, makanan, dan kosmetik.
Follow Berita Okezone di Google News