Bahkan, berdasarkan hasil survei yang dirilis Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta pada tahun 2020 menunjukkan 30,16 persen mahasiswa memiliki sikap toleransi beragama yang rendah.
Boy menyebut, rendahnya toleransi beragama tersebut harus direspon karena jika dibiarkan dapat menjadi bibit radikalisme dan terorisme.
Dianalogikan sebagai virus, Boy menuturkan, ideologi yang mengusung kekerasan ini menyebar sangat cepat karena kemajuan teknologi. Pemanfaatan ruang digital mempercepat proses radikalisasi dan mampu menjangkau pengguna internet di berbagai belahan dunia.
"Vaksin paling ampuh dalam mematikan virus tersebut adalah Pancasila yang sarat dengan makna toleransi dan solidaritas," ucap Boy.
Follow Berita Okezone di Google News