JAKARTA - Pada masa pandemi mempertahankan dan meningkatkan ketahanan pangan (food security) menjadi tantangan setiap bangsa dan negara.
Bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan, sementara pada saat yang sama produktivitas masyarakat terkena dampak akibat pembatasan dan penurunan mobilitas?
Digitalisasi kini menjadi salah satu solusi pada semua sektor, terutama di masa pandemi saat semua aktivitas tatap muka dibatasi secara ketat.
“Dengan komunikasi digital, petani kini lebih mudah mendapatkan pengetahuan baru dan memasarkan produk-produknya,” ujar General Manager Syngenta Indonesia Kazim Hasnain dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (7/12/2021).
Baca Juga: RI Targetkan Ekspor Jagung 500.000 Ton
Di tingkat dunia Indonesia masuk ke dalam delapan besar negara produsen jagung. Sebagian besar petani jagung di Indonesia adalah para petani kecil yang luas lahan rata-rata hanya 0,5 hektare. Agar para petani jagung dapat mencapai produksi yang sesuai dengan target pemerintah, Syngenta Indonesia turut berperan dengan memproduksi benih jagung hibrida unggulan.
Benih unggulan ini dibuat melalui riset yang panjang dan sesuai dengan kondisi lahan petani dan cuaca di Indonesia serta menjadi solusi untuk hama dan penyakit tertentu yang menyerang tanaman jagung, seperti Busuk Batang, Bulai, dan memiliki produktivitas yang tinggi.
Dalam dua dekade terakhir ini telah terjadi peningkatan produksi jagung di Indonesia, dari semula 9,5 juta ton pada 2000, hingga kini telah lebih dua kali lipat menjadi 19,7 juta ton pada 2020.
Follow Berita Okezone di Google News