BULAN Imunisasi Anak Nasional (BIAN) menjadi momen penting untuk menutupi kesenjangan imunisasi anak. Pasalnya, jika tidak ditutup maka akan terjadi peningkatan kasus yang menjadi beban di tengah pandemi,"
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, ada 1,7 juta bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap dengan jumlah terbanyak di Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta.
Padahal, pemberian imunisasi dasar seperti Hepatitis B, BCG, Polio, Pertusis, Difteri, Campak, Tetanus, dan Rubella terbukti dapat melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya tersebut.
"Oleh karenanya, masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan program ini, untuk melengkapi atau mengejar ketertinggalan imunisasi anak-anak yang terutama terjadi selama pandemi Covid-19," ujar Maxi seperti dilansir dari Antara.
Sementara itu, Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine menambahkan bahwa berdasarkan buletin data imunisasi 9 Mei 2022, kesenjangan antara target imunisasi dasar lengkap dengan cakupannya pada Januari-Desember 2021 mencapai 9,8 persen.
"Ini artinya jumlah cakupan lebih sedikit dari target imunisasi nasional. Ini menjadi hal yang perlu diwaspadai," katanya.
Di awal tahun 2022, Prima mengatakan kasus campak dan rubella yang dikonfirmasi laboratorium meningkat lebih dari 15 kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun 2021. Begitu juga dengan kasus suspek difteri yang pada minggu ke-1 hingga minggu ke-18 tahun 2022 meningkat 60 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu.
"Oleh karena itu, pelaksanaan BIAN harus berhasil mencapai target 95 persen untuk imunisasi tambahan campak dan rubella dan target 80 persen untuk imunisasi kejar OPV, IPV dan DPT-HB –Hib," ujar Prima.
Follow Berita Okezone di Google News