Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

WHO Ungkap Penyakit Silent Pandemic yang Menewaskan Lebih Banyak dari Covid-19

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Rabu 12 Oktober 2022 15:18 WIB
https: img.okezone.com content 2022 10 12 620 2685703 who-ungkap-penyakit-silent-pandemic-yang-menewaskan-lebih-banyak-dari-covid-19-wkAydu45PN.jpg Ilustrasi Resistensi Anti-mikorba. (Foto: Freepik)
A A A

HAMPIR semua penyakit saat ini sudah memiliki obat untuk meredakan atau bahkan melawan virus serta bakteri yang masuk ke tubuh. Tapi, akan menjadi masalah ketika virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh akhirnya kebal terhadap obat-obatan yang digunakan.

Istilah tersebut, lazin disebut dengan resistensi antimikroba (AMR). Resistensi obat antimikroba adalah keadaan saat bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan seiring dengan waktu, sehingga tidak lagi merespons obat-obatan yang dirancang untuk membunuh mikroba-mikroba tersebut

Technical Officer (AMR) Badan Kesehatan Dunia untuk Indonesia Mukta Sharma mengatakan bahwa masalah resistensi antimikroba (AMR) adalah 'the silent pandemic' yang harus menjadi perhatian bersama.

"Menurut data kami, AMR adalah 1 dari 10 permasalahan kesehatan paling berbahaya yang dihadapi manusia. Itu kenapa kami sebut resistensi antimikroba sebagai 'the silent pandemic'," kata Mukta di acara media briefing 'Resistensi Antimikroba, Si Pandemi Senyap', Rabu (12/10/2022).

Alasan pertama mengapa masalah AMR ini sangat mengkhawatirkan keselamatan nyawa manusia adalah karena angka kasusnya sangat tinggi. Berdasarkan data WHO, angka kejadian AMR itu lebih banyak dibandingkan kasus TBC, HIV, maupun Malaria.

"Bukan kabar positif bahwa secara global, 5 juta orang meninggal akibat AMR, baik secara langsung maupun tidak langsung," terang Mukta. "Bahkan, di dunia per 3 menit ada 1 bayi yang meninggal dunia tanpa sebab," tambahnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Informasi yang lebih mengejutkan lagi adalah per hari ini, WHO mencatatkan angka kasus meninggal akibat Covid-19 di seluruh dunia sekitar 6,5 juta jiwa. Padahal, angka itu kumulatif dari kurang lebih 3 tahun pandemi berlangsung.

Sementara itu, dalam setahun saja tercatat 5 juta manusia meninggal dunia akibat AMR. Ini yang membuat WHO menyebut bahwa resistensi antimikroba adalah 'the silent pandemic'. Dampak yang ditimbulkan akibat AMR bukan hanya itu. Tindakan operasi medis seperti dental dan transplantasi jantung juga akan terganggu.

"Jika seseorang 20-30 tahun ke depan ternyata terdiagnosis resistensi antimikroba, mereka gak bisa menjalani dental surgery atau transplantasi jantung. Sebab, tindakan medis tersebut sangat bergantung pada antibiotik," ungkap Mukta.

"Kalau itu sampai terjadi, sangat mungkin di masa depan banyak manusia meninggal dunia akibat infeksi kecil sekalipun," tambahnya.

1
2

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini