HAMPIR semua penyakit saat ini sudah memiliki obat untuk meredakan atau bahkan melawan virus serta bakteri yang masuk ke tubuh. Tapi, akan menjadi masalah ketika virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh akhirnya kebal terhadap obat-obatan yang digunakan.
Istilah tersebut, lazin disebut dengan resistensi antimikroba (AMR). Resistensi obat antimikroba adalah keadaan saat bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan seiring dengan waktu, sehingga tidak lagi merespons obat-obatan yang dirancang untuk membunuh mikroba-mikroba tersebut
Technical Officer (AMR) Badan Kesehatan Dunia untuk Indonesia Mukta Sharma mengatakan bahwa masalah resistensi antimikroba (AMR) adalah 'the silent pandemic' yang harus menjadi perhatian bersama.
"Menurut data kami, AMR adalah 1 dari 10 permasalahan kesehatan paling berbahaya yang dihadapi manusia. Itu kenapa kami sebut resistensi antimikroba sebagai 'the silent pandemic'," kata Mukta di acara media briefing 'Resistensi Antimikroba, Si Pandemi Senyap', Rabu (12/10/2022).
Alasan pertama mengapa masalah AMR ini sangat mengkhawatirkan keselamatan nyawa manusia adalah karena angka kasusnya sangat tinggi. Berdasarkan data WHO, angka kejadian AMR itu lebih banyak dibandingkan kasus TBC, HIV, maupun Malaria.
"Bukan kabar positif bahwa secara global, 5 juta orang meninggal akibat AMR, baik secara langsung maupun tidak langsung," terang Mukta. "Bahkan, di dunia per 3 menit ada 1 bayi yang meninggal dunia tanpa sebab," tambahnya.
Follow Berita Okezone di Google News