“Ada reog dan segala macem. Mereka udah siap loh. Itu bahkan reog sudah bergerak sejak tahun 2011. Mengembangkan, membuat dokumentasinya dan segala macem. Tiba-tiba sekarang muncul kebaya. Apa mereka mau melipir dulu? Yaudah deh kebaya masuk, dan itupun tahun depan loh, bukan tahun ini,” lanjutnya.
Rahmi juga menambahkan, sebenarnya suatu negara tak memiliki urgensi untuk mendaftarkan warisan budayanya ke UNESCO. Meski begitu, tak dapat dipungkiri, bahwa tentu terdapat keuntungan yang bisa didapatkan suatu negara jika warisan budayanya telah didaftarkan ke UNESCO.
“Sebenarnya kalau yang sudah terdaftar sebagai warisan budaya tak benda UNESCO, kalau saya nggak salah, kita bisa dapet budget untuk pelestarian budaya. Candi Borobudur misalnya, nah itu tuh ada dananya dari dunia. Untuk pelestarian,” ungkapnya.
“Kebaya kan juga warisan budaya tak benda ya, itu mungkin juga nanti akan difasilitasi soal sosialisasinya, soal aspek ekonominya oleh dunia. Itu keuntungannya kalau kita mendaftar ke UNESCO,” imbuhnya.
Follow Berita Okezone di Google News
(mrt)