Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Stop Perang Saudara di Sudan!

Rani Hardjanti, Jurnalis · Kamis 04 Mei 2023 18:10 WIB
https: img.okezone.com content 2023 05 04 620 2808398 stop-perang-saudara-di-sudan-G1WwQVCKYa.jpg Stop Perang Saudara di Sudan.
A A A

JAKARTA - Bak mimpi buruk yang menjadi kenyataan, situasi damai penduduk Sudan kini berubah. Ketakutan dan kecemasan pecah lantaran terjadi perang saudara di Negeri Dua Nil tersebut.

Sudan merdeka dari Britania Raya dan Mesir pada 1 Januari 1956. Namun semenjak merdeka hingga saat ini, kondisi stabilitas negara tersebut mengalami pasang surut lantaran adanya perang saudara antara kubu Sudan dan Sudan Selatan. perang beberapa kali terjadi di selatan, namun kekerasan di utara pun terjadi. Berbagai upaya diskusi hingga gencatan senjata telah dilakukan untuk mendamaikan dua kubu tersebut.

Pada 1972, konflik sempat terhenti menyusul adanya Perjanjian Addis Abba. Namun hasilnya belum seperti yang diharapkan sehingga tahun 1983, kembali terjadi perang saudara.

Kemudian pada Januari 2011, Sudan Selatan melakukan referendum dan sepakat mendeklarasikan kemerdekaan dan memisahkan diri dari Sudan. Hingga akhirnya Sudan Selatan mendapatkan angin segar setelah dinyatakan sebagai negara merdeka, pada 9 Juli 2011.

BACA JUGA:

Pertempuran Sengit Kembali Pecah di Ibu Kota Sudan, Penduduk Alami Teror Permanen 

Konflik 2023 kali ini, meletus antara pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dan Pemerintah Sudan (melalui militer Sudan). Keduanya memperebutkan kekuasaan di Tanah Sudan. RSF mengklaim telah menguasai Istana Kepresidenan dan dua bandara internasional pada Sabtu (15/4/2023) lalu. Namun klaim tersebut dibantah mentah-mentah oleh Sudan.

Berdasarkan catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejak pertempuran terjadi pada 15 April hingga 1 Mei 2023, lebih dari 100.000 orang telah meninggalkan Sudan. Tidak terkecuali Warna Negara Indonesia (WNI) di Sudah pun turut dievakuasi demi keselamatan. Sementara Kementerian Kesehatan Sudan mengatakan lebih dari 500 orang telah tewas dan hampir 5.000 terluka sejak pertempuran dimulai pada 15 April lalu.

 

Follow Berita Okezone di Google News

Jauh dari rasa aman dan penuh ketidakpastian menjadi 'makanan sehari-hari' bagi Penduduk Sudan. Atas nama kemanusiaan, hal ini harus dihentikan. Untuk penanganan jangka pendek, penduduk Sudan khususnya di wilayah terdampak membutuhkan makanan, air bersih, dan listrik.

BACA JUGA:

Menlu RI: Sampai 1 Mei, Sudah 949 WNI Dievakuasi dari Sudan 

Faskes Alih Fungsi jadi Pangkalan Militer

Direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Ahmed al-Mandhari mengatakan bahwa fasilitas kesehatan telah diserang di Khartoum, dan beberapa digunakan sebagai pangkalan militer.

Koordinator Kemanusiaan PBB di Sudan, Abdou Dieng, mengatakan bahwa pertempuran yang menghancurkan selama lebih dari dua minggu berisiko mengubah krisis kemanusiaan negara itu menjadi "malapetaka besar".

Kementerian Kesehatan Sudan mengklaim hampir 5.000 orang terluka, lebih dari 500 orang tewas. Badan Migrasi PBB (IOM) pada minggu ini mengatakan setidaknya 334.000 orang telah mengungsi akibat pertempuran.

Melihat situasi yang kian memburuk, bantuan makanan, kesehatan, selimut, listrik dan air bersih perlu hadir di tengah penduduk Suria. PBB harus berupaya keras untuk bisa masuk dan akses untuk melakukan penanganan dan memberikan bantuan. PBB juga perlu mendesak pemerintah Sudan dan RSF, agar segera menghentikan konflik saudara. Stop Perang Saudara di Sudan!

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini