PRODUK mi instan asal Indonesia ditarik di tiga negara yang berbeda, yakni Hong Kong, Singapura, dan Malaysia. Pasalnya, ada kandungan yang dianggap berbahaya dalam bumbunya.
Banyaknya kasus penarikan produk Mi Sedaap di Hong Kong, Singapura, dan Malaysia, memicu pakar dan praktisi Global Health Security dr Dicky Budiman bersuara. Menurutnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) perlu mengubah standar etilen oksida (EtO) yang boleh dipakai di produk makanan.
Dengan tujuan memastikan masyarakat mengonsumsi makanan yang sehat, bergizi, dan aman dari bahaya kesehatan, sudah semestinya standar etilen oksida dipertimbangkan untuk ditingkatkan.
"Definisi akses makanan bergizi dan aman mencangkup di dalamnya memperhatikan kandungan etilen oksida ini di produk makanan," kata dr Dicky Budiman saat dihubungi MNC Portal.
Standar yang dipakai negara-negara maju untuk etilen oksida sudah sangat tinggi, bahkan ada beberapa negara maju yang melarang penggunaan zat kimia tersebut. Sebab, menurut literasi ilmiah, etilen oksida punya kecenderungan meningkatkan risiko kanker di kemudian hari.
"Dengan begitu, akan sangat baik jika BPOM mengubah standar penggunaan etilen oksida demi melindungi kesehatan masyarakat. Terlebih, dari kasus penarikan produk makanan mengandung EtO di beberapa negara belakangan ini, itu menjadi pengingat bahwa standar yang dipakai Indonesia masih rendah dan tidak sama dengan negara tetangga," ungkap dr Dicky.
Follow Berita Okezone di Google News