Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

"Susahnya Cari Rezeki di Tengah Corona"

Salman Mardira, Jurnalis · Rabu 08 April 2020 15:41 WIB
https: img.okezone.com content 2020 04 08 620 2196149 susahnya-cari-rezeki-di-tengah-corona-EHZX97zeCg.jpg Hanafi, pedagang ketropak melayani pembeli di pinggir Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan (Okezone.com/Salman Mardira)
A A A

PRIA itu terus mendorong gerobak ketoprak di Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan. Peluh tampak dari wajahnya yang menghitam karena sering dibakar matahari. Tiap orang yang lewat di samping, dia tersenyum berharap ada yang membeli dagangannya.

“Ini dari pagi tadi sudah keliling ke sana, Pondok Jaya, Bangka,” kata Hanafi (42) menceritakan aktivitas kesehariannya saat ditemui Okezone di Mampang Prapatan, Rabu (8/4/2020).

Setengah hari berkeliling menelusuri jalan demi jalan, ketoprak yang dijaja pria asal Tegal, Jawa Tengah itu baru laku belasan porsi. Ini jauh dari hari-hari normal sebelum wabah corona atau Covid-19 menyerang Indonesia, khususnya Jakarta, tempat ia mencari rezeki.

“Kalau hari biasa jam segini sudah laku 50 (porsi),” tutur Hanafi.

Baca juga: Jakarta Berlakukan PSBB, Apa Beda dengan Lockdown?

Pandemi corona yang membuat banyak perkantoran tutup dan masyarakat mengurung diri di rumah, mengikuti anjuran pemerintah agar tak beraktivitas di luar, berdampak serius pada perekonomian Hanafi. Pembeli dagangannya anjlok, pendapatannya miris.

Pergerakan Hanafi dengan gerobak ketopraknya kini juga mulai terbatas, karena ada sejumlah gang atau lorong malakukan lockdown lokal alias tutup demi menghindar sebaran corona. Pedagang sepertinya susah masuk.

“Susah cari rezeki sekarang,” ujarnya.pegadang ketoprak

Hanafi, penjual ketoprak (Okezone.com/Salman Mardira)

Namun, Hanafi tak patah semangat. Dia masih tetap menjajakan ketoprak. Tak bisa bekerja dari rumah mengikuti arahan pemerintah seperti kebanyakan pekerja kantoran lainnya.

Bagi Hanafi, sehari tak keluar menjaja ketoprak maka bisa tak makan. Apalagi dia masih memiliki istri dan anak di Tegal yang jadi tanggungan.

Baca juga: Apa Itu PSBB? Berikut Penjelasannya

Hanafi harus memutar otak di tengah jajannya kurang laku sekarang. Ia memikirkan bagaimana mengirimkan uang untuk kebutuahn keluarga di kampung, di samping membayar sewa kosan tempatnya tinggal di dekat Pasar Warung Buncit, Jakarta Selatan.

Hanafi sempat berniat ingin pulang kampung, tapi masalahnya Tegal sedang dikarantina oleh pemerintahnya untuk mencegah penyebaran corona dan membatasi orang dari luar masuk.

Satu hal yang masih membuat Hanafi tegar sekarang adalah keluarganya di kampung masih sehat. “Kalau keluarga sehat, kita masih aman walaupun kondisi kayak gini.”

Hanafi bukan satu-satunya rakyat kecil yang terdampak pandemi corona. Isni Fadillah, pedagang es kelapa muda di Jalan Raya Jagakarsa, Jakarta Selatan juga mengeluh hal serupa. Dagangannya kini mulai sepi pembeli.

"Biasanya saya bisa jual 20 (butir) kelapa, tapi kemarin saja cuma empat," tuturnya, Kamis 2 April lalu.

Follow Berita Okezone di Google News

Isini sudah lima tahun berjualan kelapa muda, tapi kondisi sekarang yang terburuk dialaminya. Bila hari normal, dia bisa menjual puluhan butir kelapa, tapi kini laku 10 saja sudah syukur.

Rahman, pedagang gado-gado di Jalan Kavlink Keuangan, Kedaung, Tangerang Selatan juga mengaku pembeli dagangannya kini turun drastis. Sebelum corona mewabah, gado-gadonya selalu habis diburu pembeli setiap hari.

“Sekarang mah omzet saya turun banget. Jadi yang beli sepi dan kadang habis, kadang enggak,” kata Rahman.

Pria yang sudah berjualan gado-gado selama 26 tahun itu pun kini berniat mudik ke Cirebon, Jawa Barat, untuk berkumpul dengan keluarganya, karena mulai kesulitan cari rezeki di rantau. “Istri dan anak tinggal dikampung. Jadi ya pulang kampung lah dalam waktu dekat.”Virus corona

Rahman, pedagang gado-gado (Okezone.com/Harits)

Pandemi corona juga berdampak buruk bagi pengemudi ojek online (ojol). Kirna Nugraha, driver ojol di Jakarta Selatan mengeluh sepinya penumpang akhir-akhirnya ini imbas perkantoran dan pusat perbelanjaan besar banyak tutup.

Nugraha juga khawatir dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan di DKI Jakarta mulai, Jumat 10 April 2020, di mana ojol dilarang dilarang mengangkut penumpang.

“Kami enggak terima selaku ojol ketika keputusan itu dibuat, pengaruhnya mematikan ekonomi khususnya kayak saya gini pekerja harian. Yang ada kami malah sakit," kata Nugraha.

Baca juga: Penumpang Sepi karena Corona, Driver Ojol Tetap Kerja demi Anak

PSBB memang masih membolehkan ojol mengantar barang. Tapi, Nanu menilai itu bisa tak cukup untuk menghidupinya.

“Banyak jasa layanan lain juga soal antar barang. Pemasukan enggak sebanyak penumpang, terlebih di kondisi kayak gini, akses ojol masuk ke suatu wilayah dibatasi ribet, beda kalau kita bawa penumpang, masuk tinggal masuk," ujarnya.

Karena sepi penumpang, Nanu yang berstatus mahasiswa itu, sudah dua pekan tidak menarik ojek. Dia mulai bingung bagaimana memenuhi pembayaran cicilan sepeda motornya.

“Ini cicilan motor untuk bulan kemarin sudah jatuh tempo kebetulan besok harus bayar, ya terpaksa belum bisa bayar belum dendanya jadi dobel bayarnya."

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini