Share
Nyalakan notifikasi untuk berita terbaru dari Okezone

Kisah 3 Dokter Indonesia Hadapi Pandemi Covid-19 di London, "Kami Frustrasi, Tapi Juga Bangga"

Rahman Asmardika, Jurnalis · Jum'at 12 Juni 2020 18:03 WIB
https: img.okezone.com content 2020 06 12 620 2229067 kisah-3-dokter-indonesia-hadapi-pandemi-covid-19-di-london-kami-frustrasi-tapi-juga-bangga-lFIc3exoSo.jpg Dari kiri ke kanan: dr. Dyah Mustikaning Pitha Prawesti, dr. Ardito Widjono, dan dr. Devie Falinda. (Foto: BBC)
A A A

DI SAAT Inggris mulai melonggarkan penguncian (lockdown) Covid-19, banyak tenaga kesehatan di negara itu yang khawatir akan kemungkinan terjadinya gelombang kedua penyebaran virus corona. Kekhawatiran itu menjadi hal yang wajar mengingat Inggris merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus dan kematian tertinggi di dunia akibat penyakit itu.

Dalam situasi tersebut, tiga dokter warga negara Indonesia yang bekerja di tiga rumah sakit berbeda di Inggris menceritakan pengalaman mereka saat Inggris berada di puncak penyebaran Covid-19, mulai akhir Maret sampai April, kepada BBC News Indonesia.

Dyah Mustikaning Pitha Prawesti adalah dokter spesialis kandungan dan kebidanan di Chelsea and Westminster Hospital di London mengatakan bahwa selama puncak pandemi dia menangani beberapa ibu hamil yang positif terinfeksi Covid-19.

Foto: Pitha.

Salah satu pengalaman tersulitnya adalah saat harus menginkubasi seorang ibu hamil yang terinfeksi Covid-19, karena hanya memiliki sedikit oksigen dalam tubuh. Dengan kondisi pasien yang memburuk, dokter akhirnya melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan bayi yang dikandungnya.

“Yang saya ingat adalah tatapan suaminya ketika dia harus keluar ruangan meninggalkan istrinya,” kata dokter yang akrab dipanggil Pitha itu kepada BBC.

“Dan saya seperti bisa membaca apa yang ada di pikiran suaminya. Apakah dia nanti akan punya kesempatan lagi melihat istrinya, Ibu dari bayi yang baru dilahirkannya.”

Di Chase Farm Hospital, London, dokter bedah mulut Devie Falinda juga memiliki pengalaman yang sulit saat menjadi garda terdepan dalam menghadapi Covid-19 di Ibu Kota Inggris itu.

Foto: Devie Falinda.

“Salah satu pengalaman tersulit adalah saat merawat seorang kakek berusia 80 tahunan yang terinfeksi virus corona dan mengalami luka robek di wajah,” ungkap Devie.

“Dari raut wajahnya nampak sekali kalau beliau sangat kesakitan dan ketakutan. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk membantu beliau dan memberikan dukungan secara psikis.”

Follow Berita Okezone di Google News

Dia mengungkapkan bahwa dia merasakan kesedihan yang mendalam karena menyadari bahwa pasien itu sulit untuk sembuh dan kembali pulih.

“Karena kita sadar bahwa virus corona ini sangat menginfeksi mereka, terutama yang berusia lanjut.”

Ardito Widjono, seorang dokter unit ortopedi di Rumah Sakit Barnet, London dipindahkan ke unit perawatan khusus pasien Covid-19 di saat wabah mencapai puncaknya. Pria yang telah berkarier sebagai dokter di Barnet selama dua tahun itu mengatakan bahwa hal yang sulit adalah mengabarkan kematian pasien Covid-19 kepada keluarga mereka, terlebih jika pasien tidak memiliki keluarga.

Foto: Ardito Widjono.

“Ada satu kasus yang saya ingat, seorang bapak berusia sekitar 60 tahun yang meninggal tapi seorang diri karena dua minggu sebelumnya, bapak dan ibunya yang berusia 90 tahunan juga meninggal karena Covid,” kenang Ardito.

“Jadi berat sekali rasanya tidak ada keluarga yang bisa dikontak.”

Berdasarkan data Universitas Johns Hopkins, hingga Jumat (12/6/2020) Inggris masih menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi kelima di dunia, mencatat 292.860 kasus Covid-19. Negara itu juga berada di peringkat kedua jumlah kematian tertinggi akibat Covid-19, dengan 41.364 korban meninggal dunia.

Dengan angka-angka muncul kekhawatiran akan terjadinya penyebaran virus gelombang kedua saat Inggris mulai melonggarkan penguncian pada Juni ini.

Meski begitu, ketiga dokter Indonesia di London mengungkapkan bahwa mereka merasa bangga, terkesan bisa menjadi bagian dari tanggapan Covid-19 di Inggris.

“Bagian yang membuat saya lega sebagian besar pasien kami sembuh dan bisa pulang. Dan yang membuat kami senang juga adalah dukungan dari masyarakat,” kata Ardito.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini