JAKARTA - Institute For Development of Economics and Finance (Indef) menyebut, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) bank umum nasional masih di atas 80% sehingga perlu ditekan lebih rendah. Penyebab BOPO tinggi di Indonesia dikarenakan beberapa faktor pertama Likuiditas ketat.
"Dengan likuiditas ketat maka bank harus menawarkan promo atau hadiah kepada calon nasabah," kata Ekonom Senior Indef Aviliani saat webinar Indef di Jakarta, Kamis (23/7/2020).
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Perbankan Syariah Mulai Sakit karena Corona
Kedua, karena suku bunga simpanan masih tinggi dibandingkan negara lain. Ketiga, segmentasi perbankan di mana bank bank besar lebih efisien karena teknologi.
Menurut dia, bank-bank di Asia memiliki BOPO rendah, bahkan rata-rata di bawah 30%. Kajian The Asian Banker menyimpulkan BOPO bank di Vietnam cukup rendah, seperti Southeast Asia Commercial Bank, Vietnam Technological and Commercial Bank; Commercial Bank for Foreign Trade masing-masing 28%.
Secara umum, sambung Aviliani, kondisi bank umum relatif kokoh. Namun, analisis lebih lanjut menggunakan data individual bank perlu dilakukan.
Baca Juga: Perbankan Jangan Gaptek, Nasabah Bisa Lari
Adapun jika dilihat secara Non Performing Loan (NPL), porsi kredit macet yang paling tinggi terjadi pada jenis kredit modal kerja. Kredit macet modal kerja di BUKU I mencapai 7,8% sedangkan di BUKU II mencapai 5,6%.
"Kredit macet investasi di BUKU II mencapai 5,1%," katanya.
Secara keseluruhan, nominal kredit macet di seluruh kelompok bank naik, kecuali pada BUKU I. Lonjakan tertinggi pada BUKU II (27%) disusul BUKU IV (19%) dan BUKU III (18%).
Follow Berita Okezone di Google News
(dni)