Pemerintah Indonesia terus melakukan uji klinis vaksin virus corona Covid-19 yang nantinya akan disuntikkan pada jutaan masyarakat Indonesia. Saat ini Indonesia melalui BUMN Bio Farma bekerja sama dengan Sinovac tengah melakukan proses uji klinis fase 3 di Bandung.
Sementara Kimia Farma dan G42 Uni Emirat Arab melakukan uji klinis fase 3 dengan target subyek 22 ribu orang. Dan ketiga, kerja sama PT Kalbe Farma dengan Genexine Korea sedang uji klinis fase 1 dan 2A di Korea dengan 60 subyek. Pemerintah pun tengah mengembangkan Vaksin Merah Putih, produksi dalam negeri.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito memastikan vaksin yang akan disuntikkan masyarakat sudah melalui beberapa tahap uji klinis hingga dinyatakan aman. Baik itu yang dikembangkan kerja sama dengan negara lain maupun Vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan pemerintah.
“Vaksin yang nantinya masuk ke Indonesia harus dipastikan secara data dan penelitian aman bagi masyarakat. Pengembangan vaksin umumnya butuh waktu dan proses yang cukup panjang,” ungkapnya dalam rilis yang disampaikan oleh Tim Komunikasi Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Selasa 6 Oktober 2020.
Lalu bagaimana dengan risiko Antibody-Dependant Enhancement (ADE)? Prof Wiku mengatakan, ADE adalah suatu kondisi reaksi tubuh karena antibodi tubuh melawan antigen yang berupa virus atau bakteri. Namun sejauh ini ADE hanya ditemukan pada penyakit dengue dan sejenisnya dan tidak pada virus lain. Fenomena ADE hanya terlihat pada Mers, Sars, Ebola, HIV.
“Mereka semata-mata ditemukan in silico dan in Vitro, dan tidak menggambarkan fenomena di manusia. Fenomena ADE untuk Sars Cov-2 sudah diselidiki sejak percobaan praklinis hingga dinyatakan aman dan baik,” terang Prof Wiku, dalam siaran pers yang diterima Okezone, Rabu (7/10/2020).
Baca Juga :Potret Menggoda Cinta Laura ala Gadis Latin, Netizen: Cantik Banget Queen!
Prof Wiku menjelaskan karena adanya perbedaan antara hewan percobaan dan manusia, tentunya risiko ADE pada manusia harus diinvestigasi.
“Inilah pentingnya uji klinis melalui semua fase, jika sudah lolos fase 3 dan memberikan laporan yang baik, maka kandidat vaksin bisa meminta persetujuan edar dari lembaga pengawas. Pemerintah dalam hal ini tidak akan terburu-buru dan berpegang teguh pada data hasil uji," lanjut Wiku.
Berdasarkan World Health Organization WHO.Draft Landscape of Covid-19 candidate vaccines yang diperbaharui per 2 Oktober sudah ada 10 vaksin yang masuk ke dalam tahap 3 uji klinis.
Ke-10 vaksin tersebut yakni Sinovac, Wuhan Institute of Biological Product atau Sinopharm, Johnson Pharmaceutical Companies, Kansino Biologic Incorporated atau Beijing Institute of Biotechnology, Gamalea Research Institute, Beyond Tech atau Fossum Pharmaficer, University of Oxford atau Astrazeneka, Novavac, Moderna atau NIAID dan Beijing Institute of Biological Product atau Sinopharm.
Follow Berita Okezone di Google News