JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani kerap menjadi sasaran netizen ketika data utang Indonesia dirilis. Sebab, utang Indonesia cenderung naik dari waktu ke waktu.
Dalam catatan Bank Indonesia (BI), Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia meningkat. Posisi ULN Indonesia pada akhir Agustus 2020 tercatat sebesar USD413,4 miliar atau setara Rp6.076,98 triliun (kurs Rp14.700 per USD).
ULN ini terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar USD203,0 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD210,4 miliar.
Berikut fakta terkait utang Indonesia yang dirangkum Okezone, Sabtu (24/10/2020).
Baca Juga: 1 Tahun Jokowi-Ma'ruf Amin, Bagaimana Utang hingga Kemiskinan RI?
1. Rasio Utang RI Terjaga
Pemerintah memastikan rasio utang Indonesia masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lainnya. Hal ini dikarenakan pelebaran defisit fiskal pada 2020 masih terjaga.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan pelebaran defisit pada tahun 2020 yang mencapai 6,3% akan membuat rasio utang Indonesia naik mencapai 38,5% lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 30,5%.
"Rasio utang kita itu 38,5% dari produk domestik bruto (PDB) karena defisit 6,3%," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN Kita secara virtual, Senin (19/10/2020).
2. Rasio Utang RI Lebih Rendah dari AS
Dia menekankan utang Indonesia masih lebih rendah dibandingkan Jepang, Italia dan Amerika Serikat yang kenaikannya sudah mencapai 100% terhadap PDB. Serta utang Indonesia masih lebih terkendali dibandingkan China yang kenaikannya sudah 60%.
"Adapun Jepang rasio utangnya tembus 266,2% dari PDB. Jerman saja utangnya sudah tembus 73% dari PDB lalu Tiongkok utangnya mencapai 61,7% dan Thailand utangnya mencapai 50,4%," katanya.
Follow Berita Okezone di Google News