Vaksin Covid-19 eksperimental Pfizer dan Modena dinilai para ahli sebagai angin segar dalam upaya mengatasi wabah. Tapi, vaksin bukanlah senjata pamungkas dari upaya mengakhiri pandemi.
Bahkan, para ahli mengatakan bahwa vaksin tidak akan cukup menjamin keamanan perjalanan luar negeri. Artinya, kehidupan normal belum bisa dirasakan meski vaksin Covid-19 disebar ke seluruh dunia.
Pada kasus di Australia misalnya, menurut kantor berita ABC, vaksinasi mungkin diperlukan bagi mereka yang pergi atau datang ke Australia, setelah pembatasan internasional dibuka kembali nantinya.
Hal ini bukan sesuatu yang baru. Ya, wisatawan yang tiba di Australia dari negara-negara berisiko demam kuning, mereka harus membawa sertifikat vaksinasi atau profilaksi internasional.
"Beberapa negara yang tak dapat melakukan vaksinasi akan tetap menjadi hotspot Covid-19 di masa depan dan inilah mengapa vaksinasi akan menjadi prasyarat perjalanan, seperti vaksinasi demam kuning," kata ahli epidemiologi Raina Maclntyre dari Kirby Institute di Universitas NSW, dilansir dari News.com.au.
Strategi lain untuk melindungi negara dari virus mungkin mewajibkan tes sebelum masuk ke suatu negara. Hal ini sudah dilakukan oleh beberapa negara yang menerima kunjungan internasional.
Maladewa, Jerman, Portugal, Turki, Kroasia, Yunani, dan negara-negara kepulauan di Pasifik dan Karibia adalah beberapa negara tujuan di mana para pelancong diuji Covid-19 saat kedatangan atau meminta kedatangan menunjukkan bukti tes negatif Covid-29 sebelum penerbangan mereka.
Baca Juga : Menjadi Harapan, Benarkah Vaksin Covid-19 Aman?
Singapura sendiri sudah membuka aturan perbatasannya ke seumlah negara termasuk Australia, namun perjalanan bebas karantina dengan Hong Kong ditunda sejalan dengan lonjakan kasus yang mengkhawatirkan.
Berdasarkan aturan, siapapun yang akan masuk ke Singapura perlu diuji Covid-19 dan memberikan hasil negatif 72 jam sebelum keberangkatan. Singapura juga mewajibkan pengunjung untuk mengunduh aplikasi pelacakan kontaknya, mirip dengan aplikasi COVIDSafe yang kontroversial di Australia.
Follow Berita Okezone di Google News