JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta untuk libur akhir tahun 2020 dipangkas. Hal ini pun telah dibahas di rapat terbatas.
Jokowi pun meminta agar Kemenko PMK memimpin rapat koordinasi untuk membahas pembahasan libur akhir tahun tersebut. Di mana, hal ini berkaitan dengan penyebaran virus Corona atau Covid-19 yang masih berlangsung.
Oleh karena itu, Jakarta, Sabtu (28/11/2020), berikut fakta-fakta pemangkasan libur akhir tahun:
Baca juga: Pemangkasan Libur Akhir Tahun Batal Diumumkan Hari Ini
1. Arahan Jokowi terkait Libur Akhir Tahun
Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan bahwa presiden meminta agar libur akhir tahun segera di koordinasikan. Terutama dengan kementerian atau lembaga terkait.
"Kemudian yang berkaitan dengan masalah libur akhir tahun termasuk libur pengganti cuti bersama hari raya Idul Fitri, bapak Presiden memberikan arahan supaya ada pengurangan,” kata Menko PMK Muhadjir Effendy.
Baca juga: Jelang Libur Akhir Tahun, Mendag Prediksi Konsumsi Masyarakat Naik
2. Pemangkasan Libur Akhir Tahun Imbas Kenaikan Covid-19
Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan membahas antisipasi lonjakan kasus Covid-19 pada momen libur panjang akhir Desember 2020 di rapat terbatas kali ini. Pembicaraan mengenai itu akan dilakukan secara khusus.
"Secara khusus nanti akan kita bicarakan mengenai libur panjang yang akan ada di bulan Desember, akan kita bicarakan dalam rapat hari ini secara khusus," ujarnya dalam ratas Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di Istana Merdeka.
3. Keputusannya Berpatok pada Data 22 November 2020
Menurut Jokowi pada 22 November 2020, rata-rata kasus aktif Covid-19 di Indonesia berada di angka 12,78%. Angka ini lebih rendah dari rata-rata dunia yang mencapai 28,41%. Kemudian angka kesembuhan di RI mencapai 84,03%, berada di atas rata-rata dunia yang hanya 69,20%.
"Ini agar terus kita perbaiki," imbuhnya.
Baca juga: Libur Akhir Tahun Dikurangi, PHRI: Orang Sudah Banyak Pesan Tiket
4. Libur Dipangkas, Jokowi Tetap Minta Pertumbuhan Ekonomi Terjaga
Di bidang ekonomi, tren pertumbuhan di kuartal kedua sebesar -5,32%. Lalu membaik di kuartal ketiga jadi -3,49%. Jokowi berharap pada kuartal keempat perolehan angkanya menjadi lebih baik lagi.
Jokowi berujar, penyeimbangan gas dan rem dalam penanganan virus corona berfungsi untuk mencegah gelombang kedua penularan virus.
Jika itu terjadi maka Indonesia kembali mundur ke belakang. Karenanya, pencegahan dan intervensi terhadap kegiatan yang berpotensi melanggar protokol kesehatan harus dilakukan.
"Ini yang bisa membuat kita set back mundur lagi karena itu langkah pencegahan dan intervensi terhadap potensi kegiatan yang melanggar protokol harus dilakukan dengan ketegasan. Lakukan tindakan pencegahan sedini mungkin," pungkas Jokowi.
Follow Berita Okezone di Google News