Tapi, perlu dipahami bahwa lonjakan kasus yang terjadi di Indonesia pada Juli lalu tidak disebabkan oleh kenaikan kasus dunia global atau datang dari negara-negara lain, melainkan dari Indonesia sendiri. Wiku mengatakan, faktor internal yakni perilaku masyarakat Indonesia sendiri lah yang menjadi penyebab terbesar terjadinya lonjakan kasus.
“Meningkatkatnya mobilitas dan aktivitas sosial masyarakat yang terjadi bersamaan, dengan periode mudik Idul Fitri dan sikap abai terhadap protokol kesehatan. Mobilitas penduduk dan aktivitas masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan menjadi penyumbang tersebsar terjadinya lonjakan kasus, apa pun mutasi virus yang ada,” tegasnya.
Belajar dari hantaman gelombang pertama dan gelombang kedua, Prof Wiku mengingatkan potensi hantaman gelombang ketiga yang bisa saja terjadi.
“Pada pola second wave, ada jeda tiga bulan perlu kita antisipasi. Mengingat tiga bulan ke depan kita akan memasuki periode libur Natal dan Tahun Baru 2022, yang artinya potensi kenaikan kasus semakin meningkat,” tutup Prof Wiku.
Follow Berita Okezone di Google News
(mrt)