JAKARTA - Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) menyoroti harga pupuk komersil yang dianggap tinggi. Sekjen APPI Achmad Tossin Sutawikara mengatakan, tren harga pupuk memang sedang mengalami kenaikan, yang disebabkan pandemi global dan melonjaknya harga komoditas di pasar Internasional yang turut mempengaruhi harga pokok produksi pupuk di Indonesia.
Komoditas dimaksud yakni amoniak, phosphate rock, dan KCl (bahan baku NPK), gas hingga minyak bumi.
Selain dipicu adanya konflik pasokan gas antara Rusia, Eropa dan Amerika Serikat, harga komoditas naik lantaran pandemi Covid-19 menyebabkan negara-negara eksportir pupuk seperti Rusia dan China mengambil kebijakan untuk menahan ekspornya demi mengutamakan kebutuhan dalam negeri.
Baca Juga: Kejaksaan Tangkap Buronan Maling Pupuk Senilai Rp7,2 Miliar
Di samping itu, faktor lain yang turut mempengaruhi HPP pupuk yakni biaya freight atau angkutan kapal yang melonjak.
Kendati demikian, Tossin menyebut bahwa harga pupuk komersil yang dijual Pupuk Indonesia Grup saat ini masih dijual sesuai dengan harga pokok produksi dan mempertimbangkan kondisi pasar.
“Harga ini ditetapkan Pupuk Indonesia Grup dalam upaya membantu pertumbuhan ekonomi nasional serta petani di Indonesia. Sementara untuk NPK dikarenakan saat ini harga bahan baku Impor cukup tinggi, maka berpengaruh ke harga jual juga,” kata Tossin, dikutip dari Antara, Senin (8/11/2021).
Baca Juga: Wujudkan Swasembada, Mentan SYL Pastikan Stok dan Tingkatkan Kapasitas Produksi Pupuk
Tossin memproyeksikan, berdasarkan perkembangan global, tren harga jual pupuk komersial jenis NPK diproyeksikan ke depan relatif akan terus meningkat seiring dengan perkembangan harga internasional khususnya harga bahan baku.
Di sisi lain, di Indonesia pangsa pasar NPK masih terbilang besar, sebab saat ini potensi kebutuhan nasional pupuk jenis NPK sebesar 13.549.645 ton. Di mana dari total potensi tersebut Pupuk Indonesia Grup sudah mensuplai 3.187.000 ton atau setara 23,5% terdiri dari kebutuhan subsidi 2.700.000 ton atau 19,9% dan non subsidi 487.000 ton atau 3,6%.
Follow Berita Okezone di Google News